Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Massa Militan Buddha Halangi Bantuan ke Etnis Rohingya

Massa militan Buddha dilaporkan berusaha menutup jalur bantuan logistik dan makanan dari Komisi Palang Merah Internasional (ICRC) selain melemparkan bom molotov.
Pengungsi baru Rohingya duduk dekat kamp pengungsi sementara Kutupalang, di Cox Bazar, Bangladesh, Selasa (29/8/2017).duduk dekat kamp pengungsi sementara Kutupalang, di Cox Bazar, Bangladesh, Selasa (29/8/2017)./Reuters
Pengungsi baru Rohingya duduk dekat kamp pengungsi sementara Kutupalang, di Cox Bazar, Bangladesh, Selasa (29/8/2017).duduk dekat kamp pengungsi sementara Kutupalang, di Cox Bazar, Bangladesh, Selasa (29/8/2017)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Massa militan Buddha dilaporkan berusaha menutup jalur bantuan logistik dan makanan dari Komisi Palang Merah Internasional (ICRC) selain melemparkan bom molotov.

Mereka dilaporkan berkumpul di dermaga Sttwe, ibukota Rakhine, tempat para pekerja sosial memasukkan bantuan ke kapal. Pemerintah Myanmar menyebut massa berubah 'agresif' dan melemparkan bom molotov ke arah bantuan sebagaimana dikutip BBC.com, Kamis (21/9/2017).

Semantara itu, di New York, Wakil Presiden Myanmar, Henry Van Thio mengungkapkan pemerintahannya 'sangat khawatir' terhadap eksodus warga Muslim Rohingya dari Rakhine ke Bangladesh. Van Thio mengaku sedang menyelidiki 'masalah yang berdampak besar' itu.

Namun, dia berulangkali mengatakan bahwa pemerintah Myanmar masih belum mengetahui secara pasti apa alasan eksodus itu.

Dia menekankan masih banyak umat Muslim, dalam "jumlah yang sangat besar" yang tetap berada di Myanmar.Pemimpin De facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, juga menjadi pembicaraan hangat usai berpidato di Burma.

Lebih tepatnya, Suu Kyi dikritik karena pidatonya pada Selasa (19/09), tidak membahas kekerasan yang dilakukan tentaranya terhadap etnis Rohingya di Rakhine.

Suu Kyi mengatakan lebih dari separuh warga Muslim Rakhine - mereka tidak menggunakan istilah Rohingya - tetap tinggal di negara itu. Dia pun mengklaim sejak 5 September, tidak ada lagi aksi kekerasan terhadap desa-desa Rohingya di Myanmar.

Wapres Myanmar ini juga menceritakan bahwa tidak hanya warga Muslim saja yang meninggalkan Rakhine, tetapi juga etnis minoritas lainnya.

Dia menyebut tentara sudah diminta "untuk benar-benar berhati-hati dalam bertindak untuk menghindari kerusakan dan korban masyarakat sipil."

Bantuan yang mulai masuk juga disebutnya akan didistribusikan "tanpa diskriminasi".

Pada Rabu (20/9), Wapres Amerika Serikat, Mike Pence, pada sidang Dewan Keamanan PBB menuduh militer Myanmar telah 'berlaku sangat kasar' pada warga Rohingya. Pernyataan itu adalah pernyataan terkeras Amerika terkait isu Rohingya.

Pence menyebut kekerasan akan "menjadi benih kebencian yang akan meluluh-lantaakkan Myanmar dan generasi-generasi berikutnya selain menjadi ancaman bagi kawasan dan bagi perdamaian dunia."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper