Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Baja di China Diprediksi Naik 3%-5%

Produksi baja China diperkirakan akan kembali tumbuh pada 2017, meskipun penutupan pabrik tak produktif terus dilakukan sepanjang tahun ini. Situasi ini berpeluang menimbulkan tekanan baru dari Eropa dan Amerika Serikat.
ilustrasi./JIBI
ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA — Produksi baja China diperkirakan akan kembali tumbuh pada 2017, meskipun penutupan pabrik tak produktif terus dilakukan sepanjang tahun ini. Situasi ini berpeluang menimbulkan tekanan baru dari Eropa dan Amerika Serikat.

Asosiasi Besi dan Baja China (CISA) memperkirakan pertumbuhan produksi baja tahun ini akan mencapai 3%-5% dari capaian 2016.

Pertumbuhan itu terjadi lantaran lonjakan harga baja pada tahun ini telah mendorong produsen besar di negara tersebut untuk meningkatkan produksinya.

“China akan menghasilkan sekitar 840 juta ton baja mentah tahun ini. Produksi sektor baja negara ini terus meningkat dan rasio konsentrasi industri juga terus meroket,” kata Wakil Presiden CISA QU Xiuli, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (17/9).

Adapun pada tahun lalu, produksi baja Negeri Panda mencapai 808 juta ton. Produksi baja pada perusahaan yang menjadi anggota asosiasi yang memiliki kapasitas produksi tahunan lebih dari 1 juta ton, produksinya tumbuh 6,8% dalam tujuh bulan pertama tahun ini.

Sementara itu pabrik baja kecil mengalami penurunan produksi sebesar 2% dari tahun lalu. Penurunan di kategori pabrik kecil tersebut terjadi karena Pemerintah China terus menutup perusahaan dengan teknologi produksi rendah dan tak produktif tahun ini.

Total produksi baja dengan teknologi rendah telah berhasil dipangkas hingga 120 juta ton sepanjang semester I/2017.

Adapun, harga ekspor untuk produk baja dalam tujuh bulan pertama tahun ini naik 43,3%  menjadi US$686 per ton dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

"Keuntungan bersih perusahaan baja China telah melonjak 390% dalam tujuh bulan pertama tahun ini menjadi lebih dari 70 miliar yuan. Kami memprediksi setidaknya keuntungan kami akan mencapai 100 miliar yuan pada akhir tahun ini," lanjut Qu.

Sementara itu, kondisi yang terjadi di Negeri Panda itu berpeluang meningkatkan kekecewaan sekaligus tekanan baru dari AS dan Eropa. Lonjakan produksi baja ini secara otomatis akan membuat kecewa negara-negara Eropa dan AS.

Pasalnya, kedua kawasan itu telah meminta China mengendalikan produksi bajanya, kendati harga produk terus mengalami penguatan pada kuartal III/2017. Pasalnya, jika tak dikendalikan banjir produksi baja global akan kembali terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper