Bisnis.com JAKARTA - Berlarut-larutnya krisis politik dan diplomatik di antara negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) di Timur Tengah bisa berdampak ke negara-negara lain, termasuk Indonesia yang memiliki hubungan erat dengan negara-negara di Timur Tengah.
Chairman Center for Islamic Studies in Finance, Economics and Development (CISFED) Farouk Abdullah Alwyni mengatakan, posisi Indonesia dilematis dalam menghadapi krisis diplomatik terkait pengucilan Qatar oleh sejumlah negara Arab. Di Indonesia, Qatar memiliki sejumlah investasi seperti di bidang keuangan perbankan melalui Qatar National Bank (QNB).
Dia mencontohkan, di sektor komunikasi, investasi Qatar lewat kepemilikan saham di Indosat Ooredoo. Selain itu, lembaga sosial di Qatar juga aktif mengucurkan dana bantuan ke Indonesia, termasuk untuk bencana Tsunami di Aceh pada 2004 lalu yang disalurkan melalui Qatar Charity sejak 2005.
“Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki hubungan baik dan potensi kerjasama investasi serta perdagangan dengan seluruh negara-negara Muslim di kawasan Teluk, baik Qatar maupun Arab Saudi,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (20/7/2017).
Sejatinya Qatar juga menjadi salah satu negara tujuan bagi buruh migran Indonesia, terutama yang bekerja di sektor domestik, konstruksi, pertambangan dan jasa.
Berdasarkan data KBRI Doha, ada sekitar 30.000 WNI di Qatar dengan sebaran sekitar 9.600 menjadi pegawai domestik, sekitar 13.500 orang menjadi pegawai profesional, semi skilled dan keluarga, sedangkan sisanya tidak mencantumkan pekerjaan). Data Migrant Care menyebutkan terdapat 75.000 orang buruh migran asal Indonesia di Qatar.
Farouk menjelaskan, jika dibandingkan dengan negara Timur Tengah lainnya, investasi Qatar di Indonesia terbilang paling besar. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan perdagangan Indonesia dan Qatar meningkat dengan rata rata pertumbuhan 3,8% per tahun.
Belum lagi, tuturnya, Qatar memiliki komitmen investasi baru bersama Pemerintah RI senilai US$ 1 milyar di Indonesia lewat Qatar Investment Authority.
Untuk itu, pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis dalam menyikapi krisis Qatar. Chairman CISFED tersebut mengapresiasi kebijakan politik luar negeri pemerintah Indonesia yang menyatakan netral dan sikap ini sudah tepat karena posisi Indonesia yang bersahabat dengan semua negara Islam di Teluk.
"Indonesia harus berperan aktif dalam mendorong penyelesaian krisis Qatar agar segera berakhir," ujarnya.