Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontroversi Terbaru Trump, Rencana Jual Senjata Ke Taiwan

Kontroversi seputar Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump belum berhenti. Berita terbaru adalah rencana Trump yang berencana untuk menjual senjata senilai US$1,42 miliar ke Taiwan, sebuah langkah yang pasti akan membuat China marah.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Reuters
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Kontroversi seputar Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump belum berhenti. Berita terbaru adalah rencana Trump yang berencana untuk menjual senjata senilai US$1,42 miliar ke Taiwan, sebuah langkah yang pasti akan membuat China marah.

Berdasarkan publikasi riset Monex Investindo Futures, Jumat (30/6/2017) pengamat memerkirakan rencana ini dipicu kekecewaan Trump terhadap sikap China yang belum bisa mengendalikan Korea Utara, sekutu terdekat China.

Sebelumnya AS mengharapkan bantuan China melunakkan sikap Korea Utara yang berulang kali melakukan uji coba nuklir.

Juru bicara Kementerian Luar (Kemenlu) Negeri AS Heather Nauert mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah telah mengajukan tujuh proposal penjualan peralatan militer ini kepada Kongres, Kamis kemarin.

Kemenlu menjelaskan paket penjualan meliputi support teknis radar peringatan dini, rudal anti radiasi berkecepatan tinggi, torpedo dan komponen rudal.

Kendati akan menjual senjata ke Taiwan, AS masih mempertahankan kebijakan Satu China yaitu hanya mengakui Beijing dan tidak mengakui Taipei.

Rencana ini juga disebut sudah direncanakan sejak Maret lalu. Namun langkah ini tertunda karena AS ingin peran lebih dalam dari China untuk menekan Korea Utara. Tujuannya agar menghentikan provokasi ke saudaranya Korea Selatan dan negara tetangganya Jepang.

Indeks dolar masih berada di area terendah sejak Oktober 2016 ketika informasi ini diumumkan. Pada perdagangan Jumat (30/6/2017) pukul 13.09 WIB, indeks dolar AS turun 0,055 poin atau 0,06% menuju 95,573.

Ini merupakan pelemahan dalam 4 sesi secara beruntun dan sudah dua hari terjerembab di area 95. Angka tersebut sekaligus menunjukkan level terendah sejak 3 Oktober 2016 di posisi 95,695.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper