Kabar24.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) akan mengetatkan sanksi ekonomi atas Korea Utara (Korut) sekaligus meningkatkan upaya diplomatik untuk menekan negara itu agar menghentikan program nuklir dan rudalnya.
Strategi Presiden Donald Trump itu diumumkan setelah seluruh 100 anggota senat diberi pengarahan khusus dengan dibawa menggunakan bus ke Gedung Putih, sebuah langkah yang tidak biasa di AS.
Pengarahan pada senat ini ditempuh di tengah meningkatnya ketegangan akhir-akhir ini antara Washington dan Pyongyang terkait uji coba rudal dan nuklir Korea Utara.
"Amerika Serikat mencari stabilitas dan denuklirisasi di Semenanjung Korea," menurut pernyataan bersama Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, Menteri Pertahanan Jim Mattis serta Direktur Intelijen Nasional Dan Coats.
"Kami tetap terbuka untuk perundingan yang mengarah pada tujuan itu. Bagaimanapun kami tetap siap mempertahankan diri kami dan sekutu-sekutu kami," menurut pernyataan bersama itu sebagaimana dikutip BBC.com, Kamis (27/4)
Korea Utara saat ini sedang menghadapi sanksi PBB terkait dengan program senjatanya.
Baca Juga
Sebelumnya, Panglima Komando Pasifik Amerika Serikat mengatakan sistem pertahanan rudal yang dikerahkannya ke Korea Selatan bertujuan untuk membuat pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, 'berpikir ulang'.
Kepada Kongres Amerika Serikat, Laksamana Harry Harris, menjelaskan AS akan siap dengan 'teknologi terbaiknya' untuk mengalahkan ancaman rudal Korea Utara.
Pemerintah Washington juga sudah mengerahkan satu armada yang dipimpin kapal induk USS Carl Vinson ke Semenanjung Korea.
China mengatakan, sistem pertahanan rudal THAAD yang siap beroperasi dalam beberapa hari mendatang akan menciptakan ketidakstabilan di kawasan Korea.
Laksamana Harris juga mengungkapkan keyakinan bahwa Korea Utara akan berupaya menyerang Amerika Serikat begitu mereka memiliki kemampuan militer untuk itu.
"Dengan setiap uji coba, Kim semakin dekat ke tujuannya, yaitu menggunakan senjata nuklir ke kota-kota Amerika Serikat," ujarn kepada Komite Angkatan Bersenjata AS menjelang pertemuan pemerintahan Trump dengan Senat di Gedung Putih.
Menurut Laksamana Harris, hubungan antara Presiden Donald Trump dengan Presiden Cina, Xi Jinping, tetap 'positif dan membesarkan hati'.