Kabar24.com, JAKARTA - China dan Amerika Serikat (AS) bisa menyelesaikan sengketa dagang melalui diskusi.
Hal ini disampaikan oleh pemerintah China pada Kamis (19/1/2016) setelah sebuah harian China meningatkan bahwa bisnis milik Amerika bisa menjadi target pembalasan dalam perang dagang yang dipicu oleh Presiden Terpilih Donald Trump.
Trump yang telah disumpah untuk menjabat sebagai presiden pada Jumas mengkritik praktik perdagangan China dan mengancam akan memberlakukaan tarif impor tinggi bagi barang dari China.
Investor miliuner Wilbur Ross yang dipilih Trump sebagai Menteri Perdagangan juga menyuarakan kritik tajam terkait praktik perdagangan China pada Rabu (18/1/2017).
Dia menyampaikan kepada senator bahwa dirinya akan mencari cara baru untuk memerangi hal ini. Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Sun Jiwen mengatakan, China berniat bekerja sama dengan pemerintahan baru Amerika untuk mempromosikan pembangunan yang sehat dalam hubungan dagang.
"Saya percaya China dan Amerkika bisa menyelesaikan sengketa appapun melalui dialog dan negosiasi dan bahwa hubungan dagang China-Amerika tidak akan menyimpang jauh dari jalur yang saling menguntungkan," kata Sun seperti dikutip dari Reuters, Kamis (19/1/2017).
Kedua belah pihak akan diuntungkan dengan adanya kerjasama dan konflik hanya akan melukai keduanya. Namun, sebuah harian berpengaruh yang milik pemerintah bersuara lain.
Dalam rubrik editorialnya, harian Global Times mengatakan bahwa jika perang dagang terjadi, China kemungkinna akan menjadi pihak yang lebih merugi karena kondisi ekonomi Amerika saat ini yang lebih. Namun, China tidak akan membiarkan hal ini terjadi.
"Ada beberapa kasus dalam sejarah modern di mana hanya ada satu pihak yang akhirnya menyerah dalam perang dagang dan bukan sebaliknya di mana kedua belah pihak akhirnya setuju untuk berkompromi. Bagaimana mungkin tim Trump bisa percaya bahwa China akan menyerah tanpa melakukan apapun," sebut harian tersebut.
Lebih lanjut dikatakan dalam artikel tersebut bahwa pihak Trump menganggap sepele kemampuan China untuk melakukan pembalasan. China merupakan salah satu konsumen terbesar kapas, gandum, kacang-kacangan dan pesawat Boeing dari Amerika.
Seperti dikutip dari Reuters, Boeing memprediksi China akan membutuhkan sekitar 6.800 jet baru senilai US$1 triliun dalam 20 tahun ke de