Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump: Tak Ada Peluang Bebas untuk Tahanan Guantanamo

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump menyerukan berakhirnya pembebasan tahanan dari penjara militer Amerika Serikat Teluk Guantanamo, Kuba.
Penjara Guantanamo/Istimewa
Penjara Guantanamo/Istimewa

Kabar24.com, JAKARTA - Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump menyerukan berakhirnya pembebasan tahanan dari penjara militer Amerika Serikat Teluk Guantanamo, Kuba.

Dia menegaskan, mereka yang kini mendekam di Guantanamo tidak akan ada lagi peluang untuk dibebaskan.

Seperti dilansir CNN, Rabu (4/1/2017), Trump mencuit dalam akun Twitternya bahwa mereka yang tertinggal di Gitmo—nama lain Guantanamo-- adalah, “orang-orang yang sangat berbahaya dan seharusnya tidak boleh kembali ke medan tempur.”

Trump menegaskan, akan mengambil kebijakan tegas terkait Gitmo setelah dia mulai menjabat sebagai presiden pada 20 Januari mendatang.

Pernyataan Trump dilontarkan menyusul rencana pemerintahan Presiden Barack Obama yang akan membebaskan 19 tahanan sebelum masa tugasnya habis.

Saat ini ada 59 tahanan di penjara Gitmo, termasuk 4 orang yang sudah dinyatakan dapat dipindahkan. Namun empat orang ini tidak termasuk 19 orang akan dilepas dalam waktu dekat. Nama-nama mereka hingga kini belum diumumkan.

Pernyataan Trump ini, menurut juru bicara Gedung Putih Josh Earnest tidak akan menghentikan rencana Obama.

“Saat ini hanya ada satu komandan tertinggi dan Menteri Pertahanan akan meneruskan tanggung jawabnya,” ujar juru bicara Pentagon Peter Cook.

Pemerintahan Obama telah merepatriasi atau memindahkan 179 tahanan dari 242 yang tersisa sejak George W. Bush lengser. Pada masa jayanya, penjara yang dikenal karena kebrutalannya terhadap tahanan, pernah menahan hingga 700 orang terduga teroris.

Hambali alias Encep Nurjaman alias Riduan Isamuddin, terduga teroris asal Indonesia, muncul pertama kali dalam persidangan setelah hampir sepuluh tahun mendekam di penjara militer Amerika Serikat pada Kamis (18/8/2016).

Dia ditangkap pada 2003 di Thailand dan dipindahkan ke Guantanamo tiga tahun kemudian.

Pemindahan terakhir terjadi pada 4 Desember lalu. Warga Yaman, Shawqi Awad Balzuhair, 35 tahun, dipindahkan ke penjara Cape Verde. Adapun pemindahan terbesar terjadi pada Agustus lalu saat Amerika mengirim 15 tahanan Gitmo ke Uni Emirat Arab.

Tahanan yang saat ini tersisa di Gitmo termasuk 10 orang yang telah didakwa oleh pengadilan militer, lima di antaranya dituduh menjadi dalang serangan 11 September 2001. Ada pula sekelompok tahanan yang tidak akan dilepaskan karena dianggap berisiko tinggi meski tak ada bukti kuat yang memberatkan mereka.

Aktivis hak asasi manusia mengkritik Obama yang tidak menepati janji kampanyenya untuk menutup penjara Guantanamo. Namun, kegagalan ini bukan semata kesalahan Obama, tetapi juga karena tentangan besar dari Pentagon dan Kongres. Jenderal purnawirawan John F. Kelly, calon Menteri Keamanan Dalam Negeri yang ditunjuk Trump menjadi salah satu penentang rencana ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : JIBI
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper