Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SENGKETA LAUT CHINA SELATAN: Jumlah Kapal China Meningkat

Filipina menyampaikan kekhawatiran mendalam pada Minggu (4/9/2016) dan menuntut penjelasan dari duta besar China atas yang mereka sebut dengan peningkatan jumlah kapal China di dekat dangkalan Scarborough di laut sengketa.
Aktivitas kapal milik China di sekitar pulau karang Laut China Selatan./Reuters
Aktivitas kapal milik China di sekitar pulau karang Laut China Selatan./Reuters

Bisnis.com, VIENTIANE - Filipina menyampaikan kekhawatiran mendalam pada Minggu (4/9/2016) dan menuntut penjelasan dari duta besar China atas yang mereka sebut dengan peningkatan jumlah kapal China di dekat dangkalan Scarborough di laut sengketa.

Pesawat angkatan udara Filipina terbang di atas karang itu pada Sabtu (3/9/2016) dan menemukan kian banyak kapal dari yang biasanya dalam armada kapal kecil, yang dijaga China sejak merebut dangkalan itu setelah kebuntuan pada 2012, kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana.

"Terdapat empat kapal penjaga pantai China dan enam kapal lain, termasuk sejumlah tongkang, di sekitar dangkalan Scarborough," kata dia dalam pesan kepada wartawan.

"Keberadaan banyak kapal lain selain kapal penjaga pantai di wilayah itu menyebabkan kekhawatiran besar," katanya.

Kedutaan besar China di Manila tidak dapat dihubungi untuk dimintai tanggapan.

Meskipun dangkalan itu hanya tersusun atas beberapa karang yang menyembul ke atas permukaan lait, lokasi itu penting bagi Filipina dikarenakan arusnya yang tenang dan kaya akan hasil laut. Manila mengatakan bahwa blokade yang dilakukan oleh China terhadap dangkalan itu merupakan bentuk pelanggaran terhadap hukum internasional.

Perselisihan itu telah menjadi lebih signifikan sejak Pengadilan Arbitrasi Permanen mengeluarkan keputusan pada 12 Juli lalu bahwa tidak ada negara yang memiliki hak kedaulatan atas kegiatan di Dangkalan Scarborough, yang merupakan sebuah lokasi penangkapan ikan tradisional bagi warga China, Filipina dan Vietnam.

China menolak untuk mengakui keputusan itu dan dalam komentar terbaru dari pihak Filipina dapat menyebabkan konflik sebelum diadakannya konferensi regional di Laos pada Selasa mendatang, temat pemimpin negara Asia Tenggara dan China, Jepang serta Amerika Serikat akan bertemu.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte menginginkan China untuk menuruti keputusan itu namun telah meminta agar tidak mengangkat isu tersebut dalam pertemuan. Dia ingin melancarkan jalannya negosiasi bilateral dan pada bulan sebelumnya telah mengutus mantan Presiden Fidel Ramos sebagai duta khususnya untuk menemui perwakilan China di Hongkong.

Lorenzana mengatakan bahwa Beijing sebelumnya telah mencoba untuk mengirimkan sejumlah kapal keruk ke lokasi dangkalan itu, namun belum ada tanda adanya reklamasi lahan sejauh ini.

China sebelumnya menggunakan kapal keruk untuk mengeruk lahan bagi tujuh pulau buatan mereka di kepulauan Spratly.

"Kami belum mengetahuinya apakah kapal-kapal keruk itu merupakan tanda akan adanya operasi pengerukan ke depannya," katanya, "Jika mereka mencoba untuk membangun apapun di Dangkalan Scarborough, itu akan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi keadaan keamanan."

China masih mempertahankan klaim terhadap sebagian besar Laut China Selatan, yang merupakan sebuah jalur perairan yang penting bagi perdagangan global. Malaysia, Filipina, Taiwan, Brunei Darussalam dan Vietnam juga memiliki klaim yang bertabrakan.

Juru bicara Departemen luar Negeri Amerika Serikat mengatakan pada Senin bahwa Amerika Serikat sedang memantau ekadaannya dan mendorong "setiap pihak untuk menahan diri dan mengambil langkah praktis untuk meringankan ketegangan yang ada".

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menekan Presiden China, Xi Jinping, pada Sabtu terkait perselisihan teritorial di laut China Selatan, mendesak beijing untuk menjunjung tinggi kewajiban global mereka dan menekankan komitmen Amerika Serikat terhadap sekutu-sekutu kawasan mereka.

Ketegangan atas perairan sengketa antara China dengan sejumlah negara di sekitarnya itu diperkirakan dibahas di temu puncak G20, yang dimulai pada Minggu di Hangzhou, China.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper