Kabar24.com, MEKKAH - Jemaah haji Indonesia yang karena alasan kesehatan ingin menyewa kuris roda saat menjalani ibadah tawaf atau sai, diimbau untuk tidak menggunakan jasa joki kursi roda yang ditawarkan oleh para mukimin.
Selain lebih mahal, sewa melalui joki juga tidak aman karena dilarang oleh petugas keamanan (askar) masjidil haram.
Pesan ini disampaikan oleh Wakil Kepala Sektor Khusus Masjidil Haram Harun Al Rasyid menyusul ditangkapnya joki kursi roda oleh askar Masjidil Haram. Akibat dari peristiwa ini, sepuluh jemaah haji Indonesia yang awalnya menyewa kursi roda justru terlantar. Beruntung petugas sektor khusus sigap usai menerima laporan sehingga mereka bisa membantu para jemaah untuk menyelesaikan ibadahnya.
"Kami mengimbau melalui beberapa sektor yang ada di Makkah, bahwa ketika jemaah tiba di Masjidil Haram untuk tidak menggunakan lagi tenaga mukimin (yang menawarkan jasa sewa kursi roda). Sebab, di lingkungan Masjidil Haram sendiri sudah ada jasa pendorongan dari petugas-petugas dengan seragam lengkap dan mudah dikenali. Dari pembiayaan juga relatif lebih murah dibanding menggunakan mukimin di luar," terang Harun, Rabu (24/8/2016).
Selain lebih murah, lanjut Harun, menggunakan jasa mukimin juga berisiko, terutama jika keberadaan mereka diketahui polisi Arab Saudi. Apabila itu terjadi, maka yang akan menjadi korban adalah jemaah itu sendiri. Sementara mukimin ditangkap, para jemaah belum menyelesaikan umrahnya, tawaf dan sainya.
Menurut Harun, harga resmi jasa petugas kursi roda di Masjidil Haram untuk Tawaf dan Sai sekitar 200 riyal. Kalau Sai aja, bisa 60 - 75 riyal. "Jasa mukimin di luar lebih mahal harganya. Karena itu, kami imbau seluruh jamaah agar menggunakan jasa di Masjidil Haram saja. Lebih murah dan lebih aman," tegasnya.
Petugas Kursi Roda Masjidil juga muda dijumpai. Mereka umumnya berada di area antara Shafa dan Marwa. Titik kumpul mereka pada salah satu sisi di dekat Shafa (tempat memulai Sai). Mereka juga mudah dijumpai dan dikenali karena mengenakan seragam berupa jubah putih dengan rompi berwarna abu-abu. "Tidak sulit menemukan mereka. Atau temui saja petugas haji sektor khusus yang bertugas, nanti akan dibantu untuk mencari petugas kursi roda tersebut," katanya.
Imbauan ini disampaikan Harun menyusul terjadinya penangkapan 10 joki kursi roda di Masjidil Haram dua hari yang lalu. Dikisahkan Harun bahwa pada Senin (22/08) dini hari, sekitar pukul 02.00 waktu Arab Saudi, dua orang jemaah haji yang sedang kurang sehat menggunakan jasa mukimin untuk melakukan tawaf dan sai.
"Namun, karena keberadaan mukimin tersebut di luar koordinasi Masjidil Haram, karena mungkin koordinasinya langsung dengan pihak karomnya, mukimin tersebut tiba-tiba ditangkap oleh polisi Arab Saudi yang bertugas di Masjidil Haram wilayah sai dan tawaf," kisah Harun.
Karena ditangkap, dua jemaah tersebut ditinggal dan belum menyelesaikan ibadahnya. Tim sektor khusus yang menerima laporan segera bertindak. Selain melindungi jemaah, mereka juga meneruskan prosesi ibadah keduanya hingga selesai sai dan tahalul. "Jemaah yang sakit lalu kita langsung arahkan ke sektornya masing-masing," tuturnya.
Selang satu jam kemudian, sekembalinya ke Masa usai mengantar dua jemaah yang pertama, kasus yang sama terjadi lagi, bahkan dalam skala yang lebih besar. Delapan jemaah tercecer karena mukimin yang menjadi joki ditangkap juga oleh polisi Arab Saudi.
"Akhirnya, kami dengan teman-teman langsung kami lanjutkan sai nya dan kami hubungi kepala sektornya agar ada petugas sektor yang segera ke Masjidil Haram," ujar Harun.
"Setelah proses Sai dan Tahallul selesai, jamaah yang kondisinya sakit diantar menggunakan kendaraan operasional seksus dan sektor. Kira-kira pukul 9.30, kita antar ke sektornya masing-masing," tambahnya.