Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Erdogan Tata Ulang Hubungan Turki dengan Rusia

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan akan melakukan pembicaraan di Moskow dengan Presiden Vladimir Putin untuk 'menata ulang' hubungan dengan Rusia.
Presiden Turki Tayip Erdogan memberikan pernyataan mengenai percobaan kudeta di Istanbul, Turki/Reuters
Presiden Turki Tayip Erdogan memberikan pernyataan mengenai percobaan kudeta di Istanbul, Turki/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA--Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan akan melakukan pembicaraan di Moskow dengan Presiden Vladimir Putin untuk 'menata ulang' hubungan dengan Rusia.

Kunjungan itu akan menjadi kunjungan luar negeri pertama Erdogan sejak kudeta bulan lalu. Hubungan kedua negara jatuh ke dalam titik krisis tahun lalu setelah Turki menembak jatuh sebuah jet militer Rusia di perbatasan Suriah. 

Sebelum meninggalkan Turki, Erdogan menyebut Presiden Putin sebagai teman mengatakan dia ingin membuka halaman baru dalam hubungan dengan Rusia.

"Kunjungan ini akan membuka babak baru dalam hubungan bilateral kita, mulai lagi dari titik awal," kata Erdogan kepada kantor berita Rusia, Tass sebagaimana dikutip BBC.co.uk, Selasa (9/8/2016).

Hubungan antara kedua negara rusak parah ketika Turki menembak jatuh jet militer Rusia November lalu, yang membuat Rusia menjatuhkan sanksi perdagangan dan membekukan paket wisata Rusia ke Turki.

Pada Juni lalu, Kremlin mengatakan Erdogan telah meminta maaf atas penembakan jet itu dan telah mengirimkan pesan yang menyatakan 'simpati dan duka mendalam' kepada keluarga pilotnya yang tewas.

Pembicaraan di Moskow Selasa (9/8) ini diarahkan pada dimulainya kembali perdagangan dan investasi dan memulihkan pariwisata dan perjalanan hubungan penting.

Kedua pemimpin juga akan mencari kesamaan dalam menyelesaikan konflik di Suriah -sejauh ini Rusia dan Turki berada di sisi yang berlawanan.

Wartawan BBC Sarah Rainsford mengatakan Rusia tertarik untuk memanfaatkan hubungan Turki dengan Barat yang mendingin menyusul kudeta yang gagal.

Erdogan marah pada kritik dari Uni Eropa dan AS terkait tindakan kerasnya dalam membasmi apa yang ditudingnya sebagai anggota komplotan kudeta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper