Kabar24.com, MIRI - Malaysia mulai bersifat lebih waspada atas tindak tanduk China di kawasan perairan dekat negeri jiran tersebut.
Salah satu insiden adalah saat pihak Malaysia menemukan adanya kapal besar di lepas pantai negara bagian Serawak pada Maret lalu. Petugas kapal partoli Malaysia terkejut dan mencoba mendekati kapal tersebut dengan kecepatan tinggi. Kapal tersebut membunyikan klaksonnya sebelum membelok dan melihat sebuah tulisan Chinese Coast Guard terpampang di kapal besar tersebut.
Menurut seorang petugas dari Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA), sebelumnya, kapal penjaga pantai China juga beberapa kali terlihat di sekitar South Luconia Shoals, sebuah wilayah kaya minyak di Miri. Namun, insiden agresif seperti yang terjadi kali ini adalah yang pertama kalinya.
“Bagi kami, hal ini tampak seperti sebuah upaya untuk menyerang kapal kami, kemungkinan untuk mengintimidasi,” kata seorang petugas seperti dikutip dari Reuters, Rabu (1/6/2016).
Sang petugas yang sebenarnya tidak diizinkan untuk berbicara kepada publik tersebut menunjukkan video dari insiden tersebut.
Didorong oleh inisden ini dan munculnya sekitar 100 kapal nelayan China, beberapa warga Malaysia memperkuat respons yang sebelumnya pernah diredam terhadap negara tetangga mereka, China.
Seorang menteri senior mengatakan Malaysia saat ini harus berdiri tegak melawan serangan maritim seiring dengan langkah China yang ‘merentangkan ototnya’ di sepanjang puluhan pulau karang yang disengketakan di Laut China Selatan.
Keangkuhan China yang semakin menjadi menumbuhkan rasa khawatir bagi Filipina, Vietnam, dan pengklaim lainnya. Hal ini juga meningkatkan ketegangan antara China dan Amerika.
Namun, dikarenakan hubungan khusus dengan China dan ketergantungan besar atas negara tersebut di sektor perdagagan, respons yang diberikan Malaysia sebelumnya atas aktivitas China di wilayahnya dianggap terlalu tenang oleh pihak barat.
Malaysia meremehkan dua latihan militer yang dilakukan China pada 2013 dan 2014 di James Shoal yang berjarak kurang 50 mil laut dari Sarawak. Malaysia juga mengabaikan sebagian besar keprihatinan nelayan di Miri mengenai dugaan intimidasi oleh orang-orang bersenjata di kapal-kapal penjaga pantai China.
Namun, ketika puluhan kapal nelayan China terlihat bertindak kelewat batas di dekat South Lucoine Shoals, tanah kaya ikan di Kepulauan Spratly yang disengketakan, Malaysia mengirim angkatan laut dan seperti biasa memanggil Duta Besar China untuk menjelaskan kejadian tersebut.
Kementerian luar negeri China ternyata meremehkan isu tersebut dan mengatakan kapal pukat dari negaranya hanya melakukan kegiatan penangkapan ikan normal di daerah perairan yang relevan.
Beberapa minggu kemudian, Malaysia mengumumkan rencana untuk mendirikan pangkalan operasi angkatan laut dekat Bintulu di bagian selatan Miri.
Menteri Pertahanan Malaysia menegaskan bahwa tujuan pendirian pangkalan yang akan menjadi basis bagi helikopter, drone, dan satuan tugas khusus tersebut adalah untuk melindungi aset negara yang kaya minyak dan gas dari potensi serangan simpatisan teroris (IS) yang berbasis di Filipina bagian Selatan, ratusan kilometer ke arah timur laut.
Namun, beberapa pejabat dan ahli mengatakan aktivitas lepas pantai oleh China merupakan faktor yang lebih berpengaruh terhadap pendirian pangkalan tersebut.