Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dampak Jika Inggris Hengkang dari Uni Eropa

Inggris akan mengambil keputusan bersejarah pada 23 Juni 2016, negara monarki konstitusional itu berencana akan mengadakan referendum menyusul rencana mereka untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit), rencana ini tentu akan berdampak besar pada ekonomi global termasuk industri properti pada negara-negara berkembang.
Bendera Inggris Union Jack berkibar di samping bendera Uni Eropa pada pembukaan pertemuan pimpinan negara persemakmuran di Valletta, Malta (27/11/2015)./Reuters-Toby Melville
Bendera Inggris Union Jack berkibar di samping bendera Uni Eropa pada pembukaan pertemuan pimpinan negara persemakmuran di Valletta, Malta (27/11/2015)./Reuters-Toby Melville

Kabar24.com, JAKARTA - Inggris akan mengambil keputusan bersejarah pada 23 Juni mendatang, negara monarki konstitusional itu berencana akan mengadakan referendum menyusul rencana mereka untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit), rencana ini tentu akan berdampak besar pada ekonomi global termasuk industri properti pada negara-negara berkembang.   

Managing Director Lamudi Indonesia Mart Polman mengatakan dua dari tiga investor real estate global meyakini jika Inggris meninggalkan Uni Eropa akan membuat berkurangnya investasi ke perusahaan properti.

Rencana ini juga nantinya akan menimbulkan kekhawatiran, salah satunya menimbulkan stagnasi ekonomi, dengan menurunnya permintaan hunian yang selama ini menjadi kunci investasi properti di UK.

"Dari 25 investor real estate global dengan aset lebih dari $ 400 miliar mengungkapkan bahwa paska situasi Brexit nanti akan akan merugikan pasar," katanya dalam keterangan pers, Kamis (19/5).

Sementara itu Polman mengatakan berdasarkan situs properti global Lamudi, dengan banyaknya ketidakpastian di pasar, nantinya investor global akan membidik pasar negara berkembang.

Menurut CBRE Filipina, pasar real estate di Filipina tetap menarik. Pertumbuhan GDP sebesar 6,4 persen pada Q1 membuat Filipina menjadi negara yang sangat potensial untuk investor. Keberadaan Makati Central Business District masih sangat menarik bagi perusahaan-perusahaan global dengan Bonifacio Global City nya.

Di Indonesia, ada beberapa pemain besar properti di sana yang memindahkan dananya dari Singapura ke dalam negeri untuk memperkuat investasi di Indonesia.

Contohnya seperti Lippo Group yang berencana akan memindahkan dananya dari Singapura ke Indonesia sebesar US$2,6 miliar atau sekitar Rp35 triliun.

Langkah ini dilakukan sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memberlakukan Real Estate Investment Trust (REIT), sehingga dapat meningkatkan investasi real estate untuk masuk ke Indonesia.

Pasar real estate di Pakistan mengalami kenaikan pada 2016. Perusahaan pengembangan yang paling menarik di negara itu seperti DHA dan Bahria Town mengalami pertumbuhan hingga 66% di beberapa daerah. Karena situasi keamanan yang membaik banyak lingkungan di kota terbesar, Karachi, telah mengalami peningkatan yang besar dalam nilai properti.

Demikian juga di Amerika Latin, investor akan mendapatkan keuntungan yang baik (20% + Gross IRR) dengan visibilitas yang baik dan leverage yang rendah.

Amerika Latin dianggap sebagai tempat yang sangat baik dalam waktu jangka panjang. Dengan populasi melebihi 400 juta di Brasil, Meksiko, Kolombia, Peru dan Chili, berinvestasi properti di sana dianggap sangat menjanjikan. Paling penting, permintaan real estate di sana didukung oleh tren pasar yang berkelanjutan.

The Wall Street Journal bahkan melaporkan, sekitar dua pertiga dari transaksi properti komersial di pusat kota London merupakan pembeli dari luar negeri. Pembeli ini merupakan investor dan mengincar lokasi alternatif. Selama ini, Inggris memang menjadi salah satu hot spot bagi para investor dengan 63% dari mereka membeli properti di sana pada 2015 dan sebanyak 43% dari itu membeli properti di London.

Inggris akan mengambil keputusan bersejarah tanggal 23 Juni mendatang, pada tanggal tersebut negara monarki konstitusional itu berencana akan mengadakan referendum menyusul rencana mereka untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit), rencana ini tentu akan berdampak besar pada ekonomi global termasuk industri properti pada negara-negara berkembang.   

 

Dua dari tiga investor real estate global meyakini jika Inggris meninggalkan Uni Eropa akan membuat berkurangnya investasi ke perusahaan properti. Rencana ini juga nantinya akan menimbulkan kekhawatiran, salah satunya menimbulkan stagnasi ekonomi, dengan menurunnya permintaan hunian yang selama ini menjadi kunci investasi properti di UK.

 

Sebuah jejak pendapat yang dilakukan oleh KPMG menyebutkan, dari 25 investor real estate global dengan aset lebih dari $ 400 miliar mengungkapkan bahwa paska situasi Brexit nanti akan akan merugikan pasar.

 

Investor Hengkang

 

Berdasarkan situs properti global Lamudi,  dengan banyaknya ketidakpastian di pasar, nantinya investor global akan membidik pasar negara berkembang. Menurut CBRE Filipina, pasar real estate di Filipina tetap menarik. Pertumbuhan GDP sebesar 6,4 persen pada Q1 membuat Filipina menjadi negara yang sangat potensial untuk investor. Keberadaan Makati Central Business District masih sangat menarik bagi perusahaan-perusahaan global dengan Bonifacio Global City nya.

 

Di Indonesia, ada beberapa pemain besar properti di sana yang memindahkan dananya dari Singapura ke dalam negeri untuk memperkuat investasi di Indonesia. Contohnya seperti Lippo Group yang berencana akan memindahkan dananya dari Singapura ke Indonesia sebesar US $ 2,6 miliar atau Rp 35 triliun. Langkah ini dilakukan sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memberlakukan Real Estate Investment Trust (REIT), sehingga dapat meningkatkan investasi real estate untuk masuk ke Indonesia.

 

Pasar real estate di Pakistan mengalami kenaikan pada tahun 2016. Perusahaan pengembangan yang paling menarik di negara itu seperti DHA dan Bahria Town mengalami pertumbuhan hingga 66 persen di beberapa daerah. Karena situasi keamanan yang membaik banyak lingkungan di kota terbesar, Karachi, telah mengalami peningkatan yang besar dalam nilai properti.

 

Demikian juga di Amerika Latin, investor akan mendapatkan keuntungan yang baik (20 persen + Gross IRR) dengan visibilitas yang baik dan leverage yang rendah. Amerika Latin dianggap sebagai tempat yang sangat baik dalam waktu jangka panjang. Dengan populasi melebihi 400 juta di Brasil, Meksiko, Kolombia, Peru dan Chili, berinvestasi properti di sana dianggap sangat menjanjikan. Yang paling penting, permintaan real estate di sana didukung oleh tren pasar yang berkelanjutan.

 

Brexit Bisa Menakuti Investor

 

The Wall Street Journal melaporkan bahwa sekitar dua pertiga dari transaksi properti komersial di pusat kota London merupakan pembeli dari luar negeri. Pembeli ini merupakan investor dan mengincar lokasi alternatif. Selama ini, Inggris memang menjadi salah satu hot spot bagi para investor dengan 63 persen dari mereka membeli properti di sana pada tahun 2015 dan sebanyak 43% dari itu membeli properti di London.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper