Kabar24.com, JAKARTA - Sekolah disinyalir masih melakukan praktik "pengawalan" nilai rapor siswa mulai dari kelas X SMA agar lolos masuk SNMPTN.
Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Prof Herry Suhardiyanto mengatakan masih ada kecenderungan siswa dan sekolah mengawal nilai dari semester satu kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA).
"Masih ada kecenderungan orang mengawal nilai dari semester satu kelas X SMA," ujar Herry dalam konferensi di Jakarta, Senin (9/5/2016).
Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap siswa yang lulus SNMPTN, baik dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) maupun perilaku di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tersebut.
"Ini yang kami pantau terus. Kami mengingatkan jangan sampai sekali-sekali menukangi nilai rapor, kami akan terus kaji. Kami akan melihat korelasi nilai rapor dan nilai di kampus," katanya menjelaskan.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut menambahkan pihak PTN memberikan kepercayaan tinggi kepada sekolah dan guru pada pelaksanaan SNMPTN.
Untuk itu, dia mengharapkan tidak ada yang menyalahgunakan.
Di IPB sendiri, nilai mahasiswa yang masuk melalui jalur SNMPTN lebih tinggi IPK-nya dibandingkan mahasiswa yang masuk melalui ujian tulis atau SBMPTN.
SNMPTN merupakan seleksi masuk PTN berdasarkan nilai rapor dan hasil Ujian Nasional (UN).
Sementara SBMPTN merupakan seleksi masuk PTN berdasarkan ujian tertulis.
Jumlah siswa yang mendaftar SNMPTN tahun ini sebanyak 645.202, sementara yang diterima hanya 115.178 pendaftar atau sekitar 17,85 persen.
Sementara pendaftar program beasiswa Bidikmisi sebanyak 143.819 dan yang diterima sebanyak 24.506 siswa.
Pada SNMPTN 2016, Universitas Padjajaran menjadi PTN yang paling diminati dengan jumlah pendaftar sebanyak 58.937 dan persentase tingkat persaingan mencapai 5,19%.
Sementara Universitas Halu Oleo merupakan universitas tertinggi untuk penerima Bidikmisi dengan jumlah 1.714 calon mahasiswa.