Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SAJOGYO INSTITUTE: Konflik Agama 'Tutupi' Perebutan Sumber Daya Alam

Sajogyo Institute menduga sejumlah konflik agama tak lepas dari persoalan yang sebenarnya yakni perebutan sumber daya alam oleh pelbagai pihak di Tanah Air
  Sejumlah warga eks-Gafatar meninggalkan permukiman mereka yang dibakar massa saat hendak dievakuasi dari kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Selasa (19/1). Permukiman di lahan seluas 43 hektar tersebut dibakar sejumlah oknum masyarakat sebelum 796 warga eks-Gafatar berhasil dievakuasi pemda setempat. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Sejumlah warga eks-Gafatar meninggalkan permukiman mereka yang dibakar massa saat hendak dievakuasi dari kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Selasa (19/1). Permukiman di lahan seluas 43 hektar tersebut dibakar sejumlah oknum masyarakat sebelum 796 warga eks-Gafatar berhasil dievakuasi pemda setempat. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Kabar24.com, JAKARTA -- Sajogyo Institute menduga sejumlah konflik agama tak lepas dari persoalan yang sebenarnya yakni perebutan sumber daya alam oleh pelbagai pihak di Tanah Air.
 
Direktur Eksekutif Sajogyo Institute Eko Cahyono menuturkan sulit memisahkan konflik yang berkaitan dengan suku, agama dan ras (SARA) dengan konflik perebutan sumber daya alam di pelbagai daerah. Dia menuturkan masalah yang di dalamnya seringkali terjadi adalah perebutan sumber daya alam, namun kemudian dilestarikan dengan persoalan sentimen agama atau suku.
 
Dia memaparkan dugaan lembaga itu adalah misalnya soal persoalan tambang pasir besi di sepanjang pesisir selatan Jawa, namun ada terjadi konflik Syiah dan Sunni di Puger-Jember-Sampang. Sedangkan kasus lain macam Tolikara, Papua, juga berkaitan dengan adanya wilayah cadangan emas di daerah tersebut.
 
"Beragam cara dilakuan perusahaan untuk memuluskan penguasaan sumber agraraia dan sumber daya alam. Di antaranya adalah membuat masyarakat adat tandingan, misalnya kasus Tanah Samawa di Sumbawa atau di Papua," kata Eko dalam keterangannya yang dikutip Bisnis.com, Senin (14/3/2016).
 
Tak hanya itu, dia menuturkan, persoalan stigmatisasi juga terus dilakukan untuk penguasaaan sumber daya alam tersebut. Di antaranya adalah penyebutan Organisasi Kelompok Bersenjata dan Organisasi Papua Merdeka di Papua.
 
Oleh karena itu, sambungnya, penting untuk dilakukan pemeriksaan ulang terhadap dugaan konflik agama yang sebenarnya menutupi masalah perebutan sumber daya alam. Masalah selama ini, paparnya, datang dari sektor tambang, perkebunan maupun kehutanan dan sektor infrastruktur.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anugerah Perkasa

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper