Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isu Inggris Keluar Uni Eropa Makin Memanas

Gap perdagangan Inggris dengan Uni Eropa mendekati rekor baru, dengan ekspor dalam tiga bulan terakhir jatuh ke level terendah dalam lebih dari enam tahun terakhir.
Bendera Inggris Union Jack berkibar di samping bendera Uni Eropa pada pembukaan pertemuan pimpinan negara persemakmuran di Valletta, Malta (27/11/2015)./Reuters-Toby Melville
Bendera Inggris Union Jack berkibar di samping bendera Uni Eropa pada pembukaan pertemuan pimpinan negara persemakmuran di Valletta, Malta (27/11/2015)./Reuters-Toby Melville

Bisnis.com, JAKARTA –  Gap perdagangan Inggris dengan Uni Eropa mendekati rekor baru, dengan ekspor dalam tiga bulan terakhir jatuh ke level terendah dalam lebih dari enam tahun terakhir.

Data statistik menunjukkan defisit perdagangan Inggris dengan UE mencapai 8,1 miliar pounds pada Januari, dan 23 miliar selama tiga bulan terakhir.  Kedua angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 1998. Ekspor ke blok 28 negara pada November – Januari tersebut turun 32,7 juta pounds.

Dengan Inggris menahan referendum tentang keanggotaan Uni Eropa dalam tiga bulan ini, setiap aspek dari hubungan ekonomi tengah dalam pro-kontra. Sebagian ingin keluar dari  Uni Eropa, dengan sebutan “Brexit”, dengan alasan Inggris harus fokus pada pasar-pasar baru.

Sedangkan, sisanya yang masih mendukung keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa menilai Inggris masih bisa mendapatkankeuntungan dari pengaruh Uni Eropa di perdagangan global.

Makin lebarnya kesenjangan perdagangan dengan Uni Eropa tersebut pada Januari ini terutama disebabkan peningkatan impor. Padahal bagi Inggris, Uni Eropa merupakan mitra dagang utama mereka, dengan pangsa pasar sekitar 50% dari total ekspor.

Direktur Britain Stronger di Uni Eropa Will Straw mengatakan, angka tersebut menunjukkan seberapa penting hubungan Inggris dengan Eropa dan menunjukkan bahwa hal tersebut penting bagi para eksportir serta investasi.

“Perdagangan dengan Uni Eropa menyusut. Di sisi lain, kita menahan untuk masuk ke pasar yang menjanjikan dengan pasar negara berkembang karena kita telah menyerahkan kontrol ke Brussels,” kata Chief Executive Officer “Vote Leave” Matthew Elliot, Sabtu (12/3/2016).

Total defisit perdagangan barang Inggris mencapai  10,3 miliar pounds pada Januari. Namun dengan perkiraan surplus pada sektor jasa, menghasilkan defisit pada akumulasi dua sektor tersebut mencapai 3,5 miliar pounds.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Avisena
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper