Bisnis.com, JAKARTA--Lima tahun sudah "Arab Spring" yang dimulai dari Tunisia berlalu dan perubahan-perubahan dramatis yang terjadi hingga kini di Timur Tengah dan Afrika Utara belum tampak mengarah kepada kawasan yang stabil dan bahkan konflik-konflik yang terjadi cenderung rumit untuk dipecahkan.
Indonesia yang berjarak jauh secara geografis dari kawasan tersebut dapat melakukan peran diplomasi. Mengapa peran Indonesia diperlukan untuk membawa perdamaian ke wilayah tersebut?
Dalam sebuah forum diskusi yang diselenggarakan BPPK Kemlu RI baru-baru ini, para pembicara berpendapat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan lebih penting sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan plural dapat memainkan peran tersebut.
Trias Kuncahyono, salah seorang pembicara dalam forum diskusi itu memaparkan perkembangan yang terjadi di kawasan itu setelah Arab Spring dengan Suriah sebagai pusat konflik dan kompetisi regional di Timur Tengah.
Berdasar buku dan jurnal yang dikutipnya, Arab Spring dipicu oleh kesulitan-kesulitan ekonomi dan aspirasi demokratis rakyat, ketakseimbangan pendapatan, kemiskinan yang meluas, korupsi, pemerintahan yang korup, nepotisme, tingganya angka pengangguran terutama di kalangan anak-anak muda yang mengarah kepada pemberontakan di Mesir dan Tunisia.
Tanggal 17 Desember 2010 akan tercatat dalam buku-buku sejarah, Mohamed Bouazizi, seorang penjual buah-buahan lima di jalan raya dan pemuda terpelajar di Tunis, membakar diri sebagai protes di depan publik. Kabar tersebut meluas dan menimbulkan protes-protes di Tunisia. Gelombang protes tersebut menyebabkan Presiden Tunisia Zine el Abidine Ben Ali melarikan diri ke luar negeri pada 14 Januari 2011.
Tunisia sendiri pada Selasa (22/12) memperpanjang keadaan darurat selama dua bulan lagi setelah pengeboman mematikan dengan menggunakan bus pada November lalu hingga 21 Februari 2016.
Tunisia telah memberlakukan keadaan darurat yang berakhir pada Rabu (23/12). Keadaan darurat diberlakukan pada 24 November lalu setelah serangan bunuh diri yang diakui oleh kelompok bersenjata ISIS di ibu kota membunuh 12 pengawal presiden.
"Konfigurasi baru (di Timur Tengah dan Afrika Utara sulit diramalkan karena masalahnya rumit," kata Duta Besar Belhassen.
Dia menyebutkan capaian-capaian positif di negaranya sejauh ini dalam kaitan demokratisasi dan konsolidasi institusi-institusi demokratis. Di antara capaian-capaian dalam revolusi Tunisia, negara itu mengadopsi sebuah konstitusi baru yang dipandang para pengamat internasional sangat liberal dari sisi konsep dan kontennya.
Konstitusi ini tidak hanya membentuk sebuah negara sipil tetapi juga menjamin kebebasan nurani dan bicara, melestarikan hak-hak kaum wanita seperti emansipasi, kesamaan gender dan mletakkan pondasi dari suatu pemerintahan yang representatif.
Kawasan tercabik-cabik
Namun keadaan di negara-negara lain di kawasan itu sungguh berbeda dari apa yang terjadi di Tunisia. Segmen-segmen besar dari dunia Arab tercabik-cabik. Konflik internal, perang saudara, perseteruan etnis dan agama mewarnai hari-hari selama lima tahun terakhir hingga hari ini dan juga intervensi langsung dari negara-negara asing.
Dalam paparannya, Dubes Yordania untuk Indonesi Walid Abdel Rahman Jaffar Al Hadid, mengatakan selain konflik berlangsung di beberapa negara di kawasan, terorisme menjadi musuh bersama.
"Kita berpotensi jadi korban kapan saja dan di mana saja," kata Dubes Walid Abdel Rahman.
Keadaan seperti itu jarang terjadi di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan masa depannya tampak begitu suram.
Perserikatan Bangsa-Bangsa berusaha mengajak pihak-pihak bertikai duduk bersama di meja perundingan untuk menghentikan banjir darah dan membahas masa depan. Namun, sejauh ini mereka belum menemukan kata sepakat dari satu perundingan ke perundingan lain.
Konsekuensi-konsekuensi dari ketakstabilan Arab, setelah Arab Spring, telah berimplikasi begitu dalam dalam krisis Suriah, kata Trias, wakil pemimpin redaksi Kompas. "Politik permainan kekuasaan dan persaingan di antara pemain-pemain besar di kawasan menyebabkan krisis Suriah menjadi agenda diplomatik internasional," kata dia.
Ditambahkan, Suriah memainkan peran integral dalam kompetisi yang luas terkait kepemimpinan kawasan di masa depan dan cara masa depan jika negara itu akan dibentuk akan memiliki dampak geostrategic Timur Tengah dengan konsekuensi atas perpolitikan global.
"Jakarta dapat secara positif mempengaruhi proses transformasi yang sedang berlangsung," kata Dubes Belhassen. Negara-negara seperti Indonesia yang memiliki beberapa kesamaan budaya misalnya dapat jadi sumber inspirasi dan dalam posisi dapat membantu.
Trias mengatakan Presiden Joko Widodo dapat mengirim surat-surat pribadi ke semua pemimpin Dewan Keamanan PBB, Amerika Serikat, Rusia, Liga Arab, G20, ASEAN dan khususnya kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad. Dalam suratnya berisi seruan untuk perdamaian dan focus pada kepentingan rakyat Suriah. Dan setelah itu, Indonesia dapat mengerahkan pasukan pemelihara perdamaian di Suriah.
RI Bisa Berperan Redakan Krisis Timur Tengah
Lima tahun sudah Arab Spring yang dimulai dari Tunisia berlalu dan perubahan-perubahan dramatis yang terjadi hingga kini di Timur Tengah dan Afrika Utara belum tampak mengarah kepada kawasan yang stabil dan bahkan konflik-konflik yang terjadi cenderung rumit untuk dipecahkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
41 menit yang lalu