Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INFLASI BANTEN: Tarif Tukang Menjulang

Siti Asmah, 65, enggan berurusan dengan rembesan air dari talang ke dinding dapurnya selama musim hujan kali ini. Bulan lalu, awal November 2015, dia memutuskan menyewa dua orang tukang bangunan merapikan genting dapurnya agar bebas bocor.n

Bisnis.com, TANGERANG--Siti Asmah, 65, enggan berurusan dengan rembesan air dari talang ke dinding dapurnya selama musim hujan kali ini. Bulan lalu, awal November 2015, dia memutuskan menyewa dua orang tukang bangunan merapikan genting dapurnya agar bebas bocor.

“Lumayan, Rp150.000 seorang tarifnya. Saya pikir masih Rp120.000-an,” ucapnya kepada Bisnis, belum lama ini. Siti hanya salah satu dari sekian banyak warga Banten yang sempat berurusan dengan buruh bangunan untuk perbaikan rumah selama November 2015.

Tarif buruh bangunan lebih mahal bukan sekadar perasaan dia, kenyataan di lapangan memang berkata demikian. Badan Pusat Statistik menyatakan upah tukang bukan mandor merupakan salah satu komoditas dominan penyumbang inflasi selama November 2015.

“Komoditas yang lain adalah rokok kretek, filter, sewa rumah, sayur bayam, roko kretek, dan tarif jalan tol,” ucap Kepala BPS Banten Syech Suhaimi dalam data paparan BPS Provinsi Banten.

Secara umum selama bulan kesebelas tahun ini harga barang dan jasa kebutuhan pokok  di Provinsi Banten mengalami kenaikan. Indikatornya adalah indeks harga konsumen (IHK) menjadi 128,10 dari 127,68 selama Oktober. Dengan kata lain Bante inflasi 0,33%.

Kendati mengaku merasa kemahalan saat membayar upah tukang bangunan, dia tetap menunaikannya. Dalam kesehariannya, ibu rumah tangga ini merasa hidup di Kota Tangerang, Provinsi Banten tidak murah. Selain biaya-biaya nonpokok seperti upah tukang bangunan, kebutuhan pokokpun juga menguras dompet.

“Biaya untuk makan mahal, belum lagi bayar setiap bulan bayar air, bayar listrik, telpon, dan lain-lain,” ucapnya.

Yang dia kemukakan senada pula dengan data yang dipublikasikan BPS Banten. Dari segi kelompok pengeluaran tercatat ada empat yang indeksnya naik selama bulan lalu. Kenaikan terbesar adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,13%.

Adapun tiga kelompok pengeluaran lain, yaitu perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,74%; kesehatan naik 0,47%; sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik 0,04%.

Sementara itu, yang indeksnya justru menyusut paling banyak adalah bahan makanan -0,20%. Kelompok lainnya adalah sandang -0,43% serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan -0,05%.

Mari ambil contoh kelompok pengeluaran dengan inflasi tertinggi, yakni makanan jadi dan kawan-kawannya. Indeks harga konsumen kelompok ini selama November tercatat 138,20 sedangkan bulan sebelumnya 136,65, walhasil terjadi inflasi 1,13% dengan andil 0,21%.

Syech Suhaimi menjelaskan kelompok pengeluaran tersebut terdiri dari makanan jadi, minuman tidak beralkohol, serta tembakau dan minuman beralkohol. Masing-masing secara berturut-turut menyumbang inflasi 0,69%, 0,50%, dan 2,82%.

“[Dari segi komoditas] yang beri andil inflasi dominan adalah rokok kretek filter,” ucapnya. Komoditas ini menyumbang inflasi 0,08%, rokok kretek 0,04%, dan mi sebesar 0,003%. Ada pula komoditas yang memberi andil deflasi, seperti coklat barang dan kacang kulit tapi andilnya sangat kecil.

Walaupun terjadi peningkatan harga-harga makanan dan minuman jadi tetapi pengluaran untuk bahan makanan, menurut BPS, bulan lalu lebih murah. Hal ini terindikasi dari penurunan IHK sebesar -0,20% menjadi 133,13 dari 133,40 pada Oktober.

Kelompok bahan makanan terdiri dari sebelas subkelompok dengan penurunan IHK terbanyak adalah subkelompok bumbu-bumbuan -4,21%. Sementara berdasarkan komoditas di dalam bahan makanan ada 109 komoditas yang 100 di antaranya mengalami koreksi harga bulan lalu.

Koreksi harga negatif alias penurunan terjadi pada 52 komoditas sedangkan 48 lainnya mengalami kenaikan harga. Andil deflasi terbesar seeperti cabai merah, daging ayam ras, beras, bawang merah, dan cabai rawit. Adapun yang inflasi, yaitu bayam, tauge, minyak goreng, tomat buah, dan kacang panjang.

Ada tiga wilayah utama yang dipantau BPS, yaitu Serang, Cilegon, dan Tangerang di mana Siti tinggal. Kendati tetap merasa banyak pengeluaran mahal, setidaknya dia lebih baik daripada warga Serang. Inflasi di Tangerang 0,31% sedangkan Serang sampai 0,79%, adapun Cilegon deflasi -0,07%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper