Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Januari-September, Ekspor Riau Anjlok 23,13%

Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Riau dari Januari hingga September turun 23,13% dibandigkan di periode yang sama di tahun sebelumnya.
Seorang pekerja memuat bongkahan kelapa sawit ke atas mobil truk di pinggir jalan raya Palembang-Prabumulih, Sumsel/Antara
Seorang pekerja memuat bongkahan kelapa sawit ke atas mobil truk di pinggir jalan raya Palembang-Prabumulih, Sumsel/Antara

Kabar24.com, PEKANBARU-- Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Riau dari Januari hingga September turun 23,13%  dibandigkan di periode yang sama di tahun sebelumnya.

Kepala BPS Provinsi Riau Mawardi Arsyad mengatakan nilai ekspor Riau hingga September 2015 hanya US$10,96 juta. Sedangkan di periode yang sama di tahun sebelumnya, nilai ekspor Riau mencapai US$14,26 juta.

"Turunnya nilai ekspor diakibatkan turunnya ekspor migas 36,36% dan non migas 17,26%," kata Mawardi, Senin (2/11/2015).

Mawardi merincikan nilai ekspor migas Riau hingga Januari-September 2015 hanya mencapai US$2,7 juta. Sedangkan di periode sebelumnya, nilai ekspor migas mencapai US$4,38 juta.

Sementara itu, nilai ekspor non migas pada 2015 mencapai US$8,1 juta menurun di periode yang sama di tahun sebelumnya US$9,8 juta.
Mawardi mengatakan penyebab anjloknya nilai ekspor Riau karena negara-negara tujuan ekspor menahan permintaannya, seperti Tiongkok, Malaysia dan Amerika Serikat.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri ProvinsI Riau Viator Butarbutar mengatakan, saat ini, nilai mata uang yuan, euro, yen, rupee dan beberapa mata uang lainnya sedang mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Sehingga, permintaan minyak nabati dan migas akan mengalami penurunan.

Menurut Viator, Amerika Serikat masih akan membatasi permintaan minyak nabati dan migas karena stok minyak di negara tersebut masih banyak.

Khusus di bidang migas, jumlah produksi yang menurun juga akan menjadi faktor menurunnya nilai ekspor. Viator mengungkapkan hal itu ditandai dengan masih rendahnya nilai investasi di industri migas.

"Banyak investor yang tidak mau karena produksi migas terus mengalami penurunan. Jumlah produksi ini juga akan menjadi faktor turunnya nilai ekspor," jelas Viator.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper