Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KABUT ASAP: Kembali Telan Korban Bayi di Sumsel

Kabut asap di Sumatra Selatan kembali menelan korban kali ini seorang bayi berusia 3 bulan 24 hari harus mengembuskan nafas terakhirnya setelah dua minggu terakhir mengidap infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Pesawat komersial milik salah satu maskapai penerbangan bersiap lepas landas di Bandara Sultan Mahmud Baddarudin (SMB) II, Palembang, Sumsel, Senin (12/10/2015) yang tertutup oleh kabut asap./Antara-Nova Wahyudi
Pesawat komersial milik salah satu maskapai penerbangan bersiap lepas landas di Bandara Sultan Mahmud Baddarudin (SMB) II, Palembang, Sumsel, Senin (12/10/2015) yang tertutup oleh kabut asap./Antara-Nova Wahyudi

Bisnis.com, PALEMBANG -- Kabut asap di Sumatra Selatan kembali menelan korban kali ini seorang bayi berusia 3 bulan 24 hari harus mengembuskan nafas terakhirnya setelah dua minggu terakhir mengidap infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Novi Irma Yulianti, 28, ibunda dari bayi Bilfaqih Arkah Alteza, mengatakan sebelum terjangkit ISPA anak ketiganya itu tidak memiliki riyawat sesak napas.

"Selama ini dia sehat, cuma dua minggu terakhir batuk, pilek, sesak napas dan demam tinggi. Kata dokter yang periksa itu gejala ISPA," katanya saat ditemui di rumah duka Jalan Ariodillah III Palembang, Jumat (30/10/2015).

Irma mengatakan selama ini dia tinggal di Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir mengikuti suami yang bekerja di salah satu perusahaan perkebunan sawit.

Menurut dia, kabut asap di lokasi tinggalnya itu memang terus terjadi selama dua bulan terakhir karena kebakaran lahan di sekitar lokasi.

Awalnya Irma membawa Bilfaqih ke klinik milik perusahaan yang tak jauh dari tempat tinggal.

Dia mengatakan kondisi bayinya membaik setelah minum obat namun sayangnya asap tebal kembali terjadi sehingga membuat kondisi bayi memburuk.

"Setelah itu dirujuk ke Rumah Sakit Bom Baru Palembang. Kami datang pukul 10.00 pagi dan meninggal pukul 19.25 malam kemarin (29/10/2015)," ujarnya

Selama dirawat di rumah sakit tak lebih dari 10 jam itu, menurut Irma, Bilfaqih diberi perawatan oksigen dan infus.

"Seharusnya pihak RS lebih antisipasi karena di sana hanya ada perawat dan dokter jaga, kami harus menunggu dokter ahli datang sementara bayi kami sudah kejang-kejang karena panas tinggi," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper