Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan TPP Jepang-AS Diyakini Tercapai Juli

Jepang dan Amerika Serikat diperkirakan akan mencapai kesepakatan Kerjasama Trans-Pasifik (TPP) pada Juli 2015.
Rupiah tembus Rp13.023 per dolar Amerika Serikat
Rupiah tembus Rp13.023 per dolar Amerika Serikat

Bisnis.com, TOKYO—Jepang dan Amerika Serikat diperkirakan akan mencapai kesepakatan Kerjasama Trans-Pasifik (TPP) pada Juli mendatang.

TPP melibatkan 12 negara yang mewakili 40%‎ perekonomian dunia. Selama ini, ketidaksepakatan antara AS dan Jepang, yang merupakan perekonomian terbesar pertama dan ketiga di dunia, menjadi ganjalan atas penyelesaian pakta TPP.

Perjanjian ini sekaligus dipandang sebagai strategi Pemerintah Barack Obama untuk mengimbangi kekuatan ekonomi China.

Seorang pejabat Pemerintah Jepang mengatakan pada Reuters, Jumat (26/6) bahwa hambatan saat ini antara AS-Jepang ada pada isu produk pertanian termasuk beras sementara di pihak AS kesepakatan masih terganjal pada sektor suku cadang.‎

Namun, kedua isu tersebut diyakini takkan lagi menghambat tercapainya kesepakatan bilateral antara AS-Jepang. "Kami yakin bahwa isu itu akan terselesaikan untuk menyelesaikan negosiasi TPP secara keseluruhan," katanya.

Sementara itu, setelah perdebatan sengit di tingkat kongres selama enam minggu, Senat AS akhirnya menyetujui untuk mempercepat negosiasi perjanjian dagang itu melalui jalur cepat atau fast-track.

Jepang dan sejumlah negara‎ menginginkan agar badan legislatif AS menyetujui jalur cepat sebelum masuk dalam negosiasi final terkait perjanjian dagang. Namun demikian, pejabat tersebut enggan membeberkan rincian negosiasi yang akan dibicarakan pada pertemuan multilateral nanti.

‎Sejumlah isu yang masih mengganjal antarnegara anggota TPP di antaranya adalah perlindungan kekayaan intelektual, termasuk pengembangan obat-obatan termutakhir.

Para negara anggota tengah mengupayakan harmonisasi peraturan dan standar serta meminimalisasi hambatan dagang di antara 12 negara peserta TPP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper