Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menebar Buku di Indonesia Timur

prorgam pembagian buku di Indonesia Timur disambut antusias warga

Bisnis.com, JAKARTA--Orang-orang itu terlihat kompak. Begitu mendapatkan tempat duduk di bus, mereka membuka tasnya dan mengambil sebuah benda. Benda itu rupanya buku, mereka lalu membacanya sembari membunuh waktu selama bus melaju.

Seorang wanita bernama Nila Tanzil melihat pemandangan semacam itu saat pertama kali ke Eropa pada 1997. Baginya, pemandangan itu bertolak belakang dengan kebiasaan orang Indonesia yaitu mengobrol atau tidur selama berada di transportasi umum, jarang sekali menemukan orang membaca buku.

Pada 2009, Nila harus berada di kawasan Indonesia bagian Timur untuk bekerja, tepatnya di kawasan Labuan Bajo, Flores. Pehobi travelling ini juga mempergunakan waktunya selama berada di sana untuk menyusuri desa-desa kecil serta menyelam untuk menikmati keindahan bawah laut.

Lagi-lagi soal membaca, di kawasan tersebut Nila menemukan fakta yang menyedihkan. Di sana, masih banyak anak-anak yang sudah duduk di bangku kelas tiga atau empat sekolah dasar (SD) namun tak bisa membaca.

Dia kemudian merasa harus berbuat sesuatu lalu tergerak untuk membuat taman bacaan untuk anak-anak di Indonesia Timur. “Untuk menumbuhkan minat baca harus dimulai sejak  dini,” katanya saat ditemui di Bisnis.

Dia teringat dirinya sendiri di masa kecil yang senang sekali membaca buku sepulang sekolah. Sementara anak-anak di sana hanya pergi ke hutan mencari kayu bakar atau main di pantai.

Tanpa menunggu lama, wanita yang mengambil gelar master di Amsterdam, Belanda, ini melakukan survei lokasi dan menemukan sebuah rumah yang nyaman untuk dijadikan taman baca. Rumah yang disekitarnya terdapat pepohonan itu terletak di kampung kecil Rowe, Flores, Nusa Tenggara Timur. Untungnya, pemilik rumah menyambut baik. Nila pun segera terbang ke Jakarta memborong 200 buku dengan dana dari kantongnya sendiri.

Jadilah, dia membuka Taman Bacaan Pelangi yang pertama pada Desember 2009. Saat itu musim hujan, anak-anak tetap bersemangat menyerbu buku-buku yang ada dengan mata berbinar-binar, ada buku cerita hingga ensiklopedi untuk anak-anak.

Rupanya Taman Bacaan Pelangi terus berkembang. Saat ini saja sudah ada Taman Bacaan Pelangi di 29 desa yang tersebar di 14 pulau. Semua pulau berada di kawasan Indonesia Timur seperti Pulau Flores, Pulau Komodo, Pulau Rinca, Sulawesi, hingga Papua. Selain rumah penduduk, lokasi taman bacaan juga ada yang berada di sekolah-sekolah yang tak punya perpustakaan.

Nila juga telah membentuk yayasan bersama beberapa rekannya untuk menaungi taman bacaan tersebut. Taman Bacaan Pelangi juga menerima donasi berupa buku-buku dari berbagai pihak.

Dalam menentukan lokasi taman bacaan, Nila harus urun rembug dengan masyarakat setempat. Dia melibatkan kepala sekolah, kepala desa, pemuka adat, serta para guru. Pada prakteknya, masyarakatlah yang menyediakan tempat serta pengelola Taman Bacaan Pelangi. Pihak yayasan menyediakan modul serta buku. Lewat modul tersebut, pengelola mendapatkan arahan bagaimana membuat kegiatan yang menarik di taman bacaan.

Anak-anak bisa membaca dengan gratis, namun buku-buku tak boleh dibawa pulang. Ya, perlahan Nila mencapai tujuannya untuk menumbuhkan minat baca anak-anak di Indonesia Timur. Selain itu, Taman Bacaan Pelangi juga mampu membuka akses terhadap buku bacaan berkualitas yang terbatas.

Saat ini Nila tinggal di Jakarta dan memiliki beberapa kesibukan termasuk menjadi konsultan komunikasi independen serta mengurus putri pertamanya yang masih bayi.  Untuk mengontrol Taman Bacaan Pelangi, Nila menyempatkan diri menengok beberapa bulan sekali.

Pihak yayasan juga menyiapkan pelatihan minimal setahun sekali untuk pengelola taman bacaan. Para pembicara yang merupakan pakar mengajarkan pengelola tentang berbagai program menarik untuk taman bacaan seperti story telling.

Taman Bacaan Pelangi juga bekerjasama dengan sekolah-sekolah agar anak-anak datang ke taman bacaan, misalnya dengan cara guru memberi tugas membuat sinopsis pada anak-anak. Anak-anak pun harus datang ke taman bacaan untuk mencari buku.

Berani Bermimpi

Dengan membuka Taman Bacaan Pelangi, konsultan komunikasi Kementerian Pariwisata tersebut menginginkan agar anak-anak berani memliki mimpi . Dengan membaca, anak-anak akan mendapatkan asupan pengetahuan lebih banyak yang mempu merangsangnya untuk bermimpi.

Ada hal yang membuat Nila senang, yaitu menurut laporan dari para guru, kemampuan berbahasa Indonesia anak-anak semakin meningkat semenjak ada Taman Bacaan Pelangi. Anak-anak di sana biasanya lebih memahami bahasa daerah ketimbang bahasa Indonesia.

Menurutnya, tantangan utama dalam mengembangkan Taman Bacaan Pelangi adalah jarak, "Kerjasama dengan maskapai udara maupun perusahaan yang bergerak di bidang logistik/pengiriman barang akan sangat membantu operasional Taman Bacaan Pelangi", tambah Nila.

Selama ini kerjasama Taman Bacaan Pelangi bekerjasama dengan Transnusa untuk rute Bali-Labuan Bajo. Namun, Taman Bacaan Pelangi belum bekerjasama dengan perusahaan yang bergerak di bidang logistik.

Nila berharap ke depannya akan ada perusahaan-perusahaan yang mau berkontribusi kepada Taman Bacaan Pelangi melalui program corporate sosial responsibility (CSR) mereka. Dengan begitu,  dia meyakini taman bacaan tersebut akan dapat membuka akses buku yang lebih luas lagi kepada anak-anak di Indonesia bagian Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper