Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI TEKSTIL: Pemerintah Diminta Perkuat Pasar Domestik

Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia meminta pemerintah memperkuat pasar domestik bagi industri hulu tekstil dan produk tekstil menyusul pasar ekspor yang kian melesu.
Industri tekstil/ilustrasi
Industri tekstil/ilustrasi

Bisnis.com, BANDUNG— Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia meminta pemerintah memperkuat pasar domestik bagi industri hulu tekstil dan produk tekstil menyusul pasar ekspor yang kian melesu.

Sekretaris Apsyfi Redma Gita Wiraswasta menilai pemerintah saat ini belum terlalu fokus untuk memperkuat pasar domestik, sehingga kondisi ini dimanfaatkan China dan India untuk terus memasok produknya ke Indonesia.

Akibatnya, penyerapan produksi industri hulu TPT dalam negeri sulit diserap pasar domestik karena lebih memilih barang impor yang lebih murah. Kondisi ini pula diperparah pasar ekspor melesu karena mengecilnya pasar akibat tekanan ekonomi di negara-negara maju tujuan ekspor TPT Indonesia.

“Kami kesulitan menjual produk ke pasar domestik karena industri hilir lebih banyak menyerap barang impor yang harganya jauh lebih murah. Di sisi lain, kondisi ekonomi global yang belum membaik berdampak pada ekspor yang melesu,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (1/3).

Menurutnya, saat ini industri hulu sudah memproduksi  bahan baku seperti kain dengan kandungan unsur lokal, agar harga yang diterima pasar domestik jauh lebih murah. Namun, kenyataannya industri hilir malah tetap mengandalkan impor untuk produksinya.

Dengan kondisi ini, saat ini industri hulu TPT di Indonesia semakin banyak yang memotong produksinya karena tidak mampu menjangkau pasar. Bahkan beberapa industri seperti di Tangerang dan Karawang sudah memilih tutup dan merumahkan ribuan karyawannya.

“Secara kualitas, produksi lokal mampu bersaing dengan impor. Namun bila kebijakan pemerintah tidak mampu memperkuat pasar domestik maka tetap berimplikasi buruk,” ujarnya.

Apsyfi mencatat pada 2008 tercatat impor kain mencapai 300.000 ton dan pada 2013 naik 600.000 ton.

Ketua Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat Dedy Widjaja mengatakan industri TPT bisa kembali menguasai pasar domestik bila pemerintah memberikan insentif. Dia mengungkapkan produsen TPT saat ini tengah mengurangi biaya produksi dengan menghilangkan biaya tinggi agar bisa melakukan efisiensi.

"Hal ini akan memicu pengurangan kapasitas produksi dan pengurangan tenaga kerja,” jelasnya.

Dedy mengatakan pemerintah harus memberi perhatian khusus untuk mempermudah skema kredit terhadap produsen TPT yang menyerap tenaga kerja paling banyak di antara sektor industri lain.

“Pemerintah harus bergerak cepat. Karena industri TPT ini merupakan sektor paling banyak menyerap tenaga kerja.” Ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper