Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Kiat Kementerian ESDM Hadapi Risiko Anjloknya Penerimaan Lifting Migas

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berjanji mengupayakan percepatan perencanaan berbagai proyek eksplorasi guna membendung potensi penurunan penerimaan lifting migas akibat tren anjloknya harga minyak dunia.
kegiatan eksplorasi di salah satu blok migas
kegiatan eksplorasi di salah satu blok migas

Bisnis.com, Surabaya - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berjanji mengupayakan percepatan perencanaan berbagai proyek eksplorasi guna membendung potensi penurunan penerimaan lifting migas akibat tren anjloknya harga minyak dunia.

Kepala Pengendali Kinerja Kementerian ESDM Widhyawan Prawiraatmaja  mengungkapkan usaha membendung koreksi penerimaan negara dari lifting minyak dan gas alam (migas) pada 2015 sebenarnya tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat.

“Untuk jangka panjang, tentunya harus ditekankan pada eksplorasi. Untuk itu, kan diperlukan penataan-penataan, sehingga orang mau melakukan investasi ke sini. Dan hal-hal itu tidak bisa dilihat hasilnya dalam waktu dekat,” katanya kepada Bisnis, Rabu (14/1/2015).

Langkah kedua yang diupayakan Kementerian ESDM adalah memperbaiki pola-pola pengerjaan berbagai proyek yang sudah ada, seperti mempercepat berbagai perencanaan tidak hanya yang dari lini migas, tapi juga kelistrikan.  

Termasuk di dalam upaya percepatan itu adalah menganulir hambatan-hambatan terkait perizinan, dan mengebut penyelesaian tumpang tindih peraturan terkait dengan penggunaan kawasan perhutanan.

“Hal itu otomatis akan menghasilkan sesuatu ke proyek-proyek, contohnya untuk proyek migas itu kan banyak. Kalau itu bisa dipercepat, yang tadinya bisa termonetisasi dalam 5 tahun, sekarang bisa 3 tahun. Itu kan mempercepat pendapatan buat negara juga.”

Widhyawan, yang ditemui di sela-sela Munas Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) di Surabaya, menambahkan pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengerem laju penurunan harga minyak dunia dan meningkatkan produksi dalam waktu dekat.  

Bagaimanapun, dia menilai tren penurunan harga minyak dunia justru menguntungkan Indonesia selaku nett oil importer. “Jadi sebenarnya ini menguntungkan, karena neraca perdagangan migas kita membaik, sebab harga minyaknya turun.”

Penerimaan lifting migas pada 2013 tercatat turun US$4,21 miliar dari periode sebelumnya senilai US$35.35 miliar. Adapun, penerimaan lifting migas tahun lalu tercatat kian anjlok ke level US$28,33 miliar.

Sementara itu, Indonesian Crude Price (ICP) memulai reli penurunan sejak 2013 dari US$112,33/barel pada 2012 menjadi US$105,01/barel pada 2013 dan terus tergelincir ke level US$100,48/barel tahun lalu.

Dengan latar belakang tersebut, Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz baru-baru ini memprediksi total pendapatan lifting pada 2015 bakal turun mejadi hanya US$12,9 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper