Bisnis.com, BANDA ACEH - Tsunami yang terjadi tepat 10 tahun yang lalu masih meningggalkan pilu bagi para korban yang selamat. Pada peringatan 10 tahun tsunami di Banda Aceh, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Kepala Divisi Rekonstruksi Kota Higashi Matsushima Shuya Takahashi berbagi memori mengenang peristiwa tersebut.
JK yang memimpin upacara peringatan 10 tahun tsunami di Lapangan Blang Padang menuturkan lapangan tersebut adalah salah satu tempat jenazah korban.
"Ribuan jenazah terkapar di sini. Semua perasaan tertumpah saat itu, terkejut, sedih, ketakutan. Semua menderita dan berdoa. Saya mencoba menghubungi semuanya. Saat itu, Gubernur Aceh sedang di Jakarta. Saya tak bisa bayangkan perasaan masyarakat Aceh pada waktu itu," ucap JK, Jumat (26/12/2014).
JK pun tak bisa mendapatkan kepastian korban akibat tsunami. Pada hari pertama, dia hanya mendapat laporan tsunami memakan 60 korban jiwa. Namun, jumlah tersebut terus bertambah hari demi hari.
"Hingga hampir 200.000 korban jiwa. Ini bencana yang memakan korban terbesar secara bersamaan dalam sejarah Indonesia," tambahnya.
Hal yang sama dirasakan Takahashi. Dia bahkan kehilangan anak perempuannya yang kala itu berstatus mahasiswi. Higashi Matsushima merupakan dataran rendah pesisir. Pasca gempa dan tsunami, 65% kota tersebut tergenang banjir.
Sebelumnya, kota ini memiliki 15.000 rumah tangga. Bencana tersebut hanya menyisakan 4.000 rumah tangga. Sisanya hancur sebagian dan total. Takahashi sepakat, bencana pada 26 Desember 2004 merupakan yang terbesar dalam sejarah.
"Kota ini hampir musnah. Rumah saya ikut hancur terkena gempa dan air bah. Saya dan keluarga yang tersisa harus tinggal di rumah penampungan sementara. Tapi kami sadar kami harus mempercepat pembangunan kota ini. Membangun dengan lebih baik," ucap Takahashi.
Takahashi bersama pemerintah lalu merancang proyek pemindahan skala besar sebagai upaya antisipasi jika bencana serupa terjadi lagi. Pemerintah setempat kemudian memindahkan 2.100 rumah tangga.