Kabar24.com, SURABAYA – Provinsi Jawa Timur berpotensi menjadi wilayah yang mengimpor kedelai dalam jumlah besar karena rendahnya nilai produksi kedelai yang dihasilkan dibandingkan biaya produksi tanam yang dikeluarkan petani.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M. Sairi Hasbullah mengungkapkan hampir semua komoditas pertanian seperti padi, jagung dan kedelai nilai produksinya dipengaruhi oleh faktor upah buruh petani yang rata-rata hanya Rp45.000/hari dengan waktu kerja 8 jam.
“Upah tersebut terlalu kecil buat buruh, dan mungkin bagi petani, menanam kedelai itu tidak menarik karena margin keuntunganya sedikit. Mereka lebih memilih menanam cabe rawit, akibatnya nanti potensi impor kedelai semakin besar,” jelasnya dalam konferensi pers di kantor BPS Jawa Timur, Surabaya, Selasa (23/12/2014).
Berdasarkan data sensus pertanian BPS Jawa Timur 2013, nilai produksi kedelai yang dihasilkan untuk satu musim yakni hanya Rp11,20 juta/hektare, sedangkan biaya tanam yang harus dikeluarkan adalah Rp12,1 juta/ha.
Adapun komponen biaya produksi tanaman kedelai yang paling besar adalah pengeluaran untuk sewa lahan yang mencapai Rp4,07 juta (komposisinya 40,34%) dan pengeluaran untuk upah pekerja dan jasa pertanian sebesar Rp4,04 juta (40,04%). Sementara komposisi untuk pengeluaran biaya bibit adalah 5,83% dan disusul biaya untuk pupuk 5,75%.
“Masalahnya kini petani tidak lagi mengerjakan sendiri lahannya, tetapi menggunakan buruh sehingga untungnya pun sangat sedikit bahkan rugi. Kalau terjadi kelangkaan buruh maka akan terjadi kelangkaan komoditas pula,” imbuh Sairi.
Jatim Berpotensi Impor Kedelai Dalam Jumlah Besar
Provinsi Jawa Timur berpotensi menjadi wilayah yang mengimpor kedelai dalam jumlah besar karena rendahnya nilai produksi kedelai yang dihasilkan dibandingkan biaya produksi tanam yang dikeluarkan petani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Peni Widarti
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium