Bisnis.com, WINA- Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif membahas gagasan baru yang bertujuan untuk memecahkan kebuntuan dalam pembicaraan nuklir antara Teheran dan enam negara kekuatan dunia.
"Diskusi terus," kata seorang pejabat senior AS kepada Reuters, Jumat, (21/11/2014) waktu setempat, yang menolak diberitahukan identitasnya untuk membahas rincian tentang negosiasi di Wina.
Dia mengatakan masih terlalu cepat untuk menyimpulkan bahwa upaya tersebut mengindikasikan penyempitan mengenai perbedaan antara Iran, dengan enam negara lainnya, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia dan Tiongkok.
Sebelumnya, enam negara tersebut memulai putaran akhir perundingan dengan keinginan bahwa Teheran harus mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi pelumpuhan ekonomi.
Disisi lain, Iran menolak tuduhan Barat bahwa negaranya telah berusaha untuk mengembangkan kemampuan bom nuklir.
Pejabat yang dekat dengan perundingan di Wina mengatakan pada pertengahan minggu kedua belah pihak tetap menemui jalan buntu pada isu-isu kunci, tidak mungkin untuk mengamankan kesepakatan definitif sampai 24 November, dan mungkin perlu untuk memperpanjang batas waktu.
Secara terpisah, sumber yang dekat dengan perundingan mengatakan Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi berada di Wina, meskipun para pejabat Barat mengatakan ia tidak memainkan peran mediasi aktif dalam kaitannya dengan ide-ide terbaru dalam pembahasan oleh Kerry dan Zarif.
Oman adalah perantara kunci ketika Teheran dan Washington meluncurkan pembicaraan rahasia pada kesepakatan nuklir mungkin lebih dari setahun yang lalu.
Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond mengatakan sebelumnya pada hari Jumat di Wina: "Ini adalah masalah yang kompleks dan masih ada kesenjangan yang signifikan antara pihak Kita semua akan pergi untuk berdiskusi dengan para ahli teknis kami dan kami akan melanjutkan lagi selama ... . akhir pekan. "