Bisnis.com, MANADO — Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengklaim potensi sumber energi di daerah tersebut mencapai 1.000 MW, tetapi hingga saat ini baru terealisasi 60 MW.
Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Sinyo Harry Sarundajang mengakui hal itu disebabkan banyaknya masalah birokrasi dan aturan yang perlu ditinjau ulang sehingga menghalangi investor masuk. Bahkan, kondisi tersebut menyebabkan terjadinya kelangkaan pasokan listrik di daerah berjuluk Bumi Nyiur Melambai itu.
“Potensi sumber energi yang ada di Sulut sangat banyak, mulai dari matahari, angin, sungai, gelombang laut, hingga arus laut, terlebih geotermal juga melimpah yang mampu menghasilkan 1.000 MW. Namun sayang sampai saat ini sudah sekitar 20 tahun baru menghasilkan 60 MW,” ujarnya saat menerima kunjungan Dewan Energi Nasional di Kantor Gubernur Sulut, Senin (17/11/2014).
Terkait dengan Indonesia sebagai poros maritim dunia, Sarundajang mengatakan kepada tim dari Dewan Energi Nasional bahwa Sulut mempunyai tiga kabupaten kepulauan yang memerlukan energi.
Menurutnya, interkoneksi antarpulau yang jauh menyebabkan terjadinya kesulitan pasokan energi. Bahkan, harga bahan bakar minyak (BBM) di daerah kepulauan tersebut sudah lebih mahal dua kali lipat dari Kota Manado dan sekitarnya, padahal pemerintah belum menaikkan harga BBM bersubsidi.
Jika pemerintah memastikan akan menaikkan harga BBM, maka harga BBM di kepulauan semakin melonjak. “Apalagi di tiga kabupaten kepulauan ini hanya terdapat satu depo PT Pertamina (Persero). Dengan demikian, kalau tidak ada BBM, masyarakat sangat dirugikan dan terkadang tidak beraktivitas,” tegasnya.
Oleh karena itu, dia mengharapkan Dewan Energi Nasional dapat mengembangkan dan memanfaatkan energi terbaru untuk keperluan bersama.
Selain itu, Sarundajang juga berharap agar pemerintah pusat dapat memberikan kewenangan kepada gubernur mengenai perizinan tenaga listrik panas bumi (geotermal) agar tidak terjadi tumpang tindih antara Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Dia menambahkan masalah kehutanan dan lingkungan hidup perlu ditinjau lagi agar lebih fleksibel karena dalam hutan banyak terdapat sungai dan sumber energi yang dapat dikelola untuk kebutuhan dan menyejahterakan masyarakat.
Anggota Dewan Energi Nasional Sonny Keraf mengatakan maksud dan tujuan tim turun ke daerah adalah untuk melihat permasalahan krisis dan darurat energi yang ada di Sulut.
Dengan demikian, perlu dibuat perencanaan jangka panjang ke depan berapa banyak energi yang dibutuhkan. “Ke depan solar cell akan dikembangkan. Selain itu, energi nuklir adalah solusi terakhir yang akan digunakan bila semua energi terbarukan telah terpakai,” tuturnya.