Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Purwokerto Alami Deflasi, Ini Penyebabnya

Wilayah Purwokerto pada September 2014 mengalami deflasi 0,24% (mtm) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,43% (mtm) dan berada di bawah inflasi nasional 0,27% (mtm).
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, PURWOKERTO - Wilayah Purwokerto pada September 2014 mengalami deflasi 0,24% (mtm) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,43% (mtm) dan berada di bawah inflasi nasional 0,27% (mtm).

Secara kumulatif, laju inflasi Purwokerto sampai dengan September 2014 sebesar 3,11% (ytd) sedangkan secara tahunan sebesar 4,12% year on year.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Fadhil Nugroho mengatakan rendahnya pencapaian inflasi Purwokerto pada September didorong oleh cukup banyaknya komoditas pangan yang mengalami penurunan harga cukup tajam terutama buncis, sawi hijau, pir, bawang merah, labu siam atau jipang, daun bawang, kacang panjang dan ikan keranjang.

“Dilihat dari sumbangannya, kontributor utama rendahnya pencapaian inflasi Purwokerto bulan September adalah bawang merah (-0,1%), buncis (-0,07%), beras (-0,06%), kacang panjang (-0,03%) dan ikan keranjang (-0,02%),” papar Fadhil kepada Bisnis, Kamis (2/10/2014).

Dia memaparkan pada September merupakan periode dimana tidak terdapat aktifitas atau event yang dapat mendorong permintaan seperti pesta perkawinan ataupun hari besar dan libur panjang, sehingga permintaan terhadap komoditas pangan cenderung rendah. Sementara itu, ketersediaan komoditas dari jenis sayur-sayuran relatif melimpah.

Adanya momen Idul Adha yang jatuh di awal Oktober memang sempat mendorong terjadinya kenaikan harga beberapa komoditas di akhir September.

“Namun demikian tetap tidak mampu mendongkrak kenaikan harga umum mengingat jumlah komoditas yang mengalami penurunan harga juga cukup banyak,” paparnya.

Kantor Perwakilan BI Purwokerto memperkirakan akan terjadi inflasi pada Oktober namun dengan kisaran yang rendah yaitu sekitar + 0,05%. Hal ini didasarkan pada telah dilewatinya momen Idul Adha yang terjadi di awal Oktober sehingga di akhir Oktober harga-harga sudah akan kembali normal.

Selain itu, pada akhir Oktober akan memasuki bulan Muharam atau yang dikenal sebagai bulan Suro, dimana biasanya masyarakat tidak melakukan aktifitas penting seperti membangun rumah ataupun perhelatan pesta lainnya sehingga mendorong rendahnya permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khamdi
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper