Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HEADLINES KORAN: Pembatasan Tak Berpengaruh, Rajawali Agresif Memburu Saham

Isu soal pembatasan distribusi bahan bakar minyak bersubsidi pada pekan ketiga Agustus yang tidak berpengaruh terhadap inflasi menjadi sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Selasa (2/9/2014) selain isu Grup Rajawali yang agresif melebarkan sayap bisnisnya dan permintaan dari berbagai kalangan agar pemerintah segera menyelamatkan industri penerbangan.
 Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA— Isu soal pembatasan distribusi bahan bakar minyak bersubsidi pada pekan ketiga Agustus yang tidak berpengaruh terhadap inflasi menjadi sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Selasa (2/9/2014).

Selain itu, juga ada berita Grup Rajawali yang agresif melebarkan sayap bisnisnya dan permintaan dari berbagai kalangan agar pemerintah segera menyelamatkan industri penerbangan.

Berikut ini ringkasan berita-berita utama media Ibu Kota:

Pembatasan Tak Berpengaruh  

Level inflasi pada Agustus 2014 tercatat 0,47% sehingga level inflasi tahun kalender sebesar 3,42%. Pembatasan distribusi bahan bakar minyak bersubsidi di beberapa tempat di Tanah Air pada pekan ketiga Agustus tidak berpengaruh terhadap inflasi karena hanya dilakukan sebentar. Masyarakat juga masih bisa membeli bahan bakar nonsubsidi. (KOMPAS)

Rajawali Agresif Memburu Saham

Grup Rajawali agresif melebarkan sayap bisnisnya lewat Bursa Efek Indonesia. Yang terbaru, PT Rajawali Corpora membeli saham emiten perkebunan, PT BW Plantation Tbk (BWPT). Perusahaan milik Peter Sondakh ini mengambil alih 21,54% saham BWPT dengan membeli saham milik Metacuna Group Ltd dan Pegasus CP One. Rajawali juga menempatkan Managing Director Business Development & Investment Rajawali, Stephen Kurniawan Sulistyo sebagai Komisaris Utama BWPT. (KONTAN)

Regulasi Hambat Industri Penerbangan

Pemerintah diminta segera menyelamatkan industri penerbangan nasional. Tekanan yang dialami maskapai penerbangan bukan hanya bersal dari kondisi perekonomian yang tidak kondusif, tapi juga akibat kurangnya regulasi pendukung. Regulasi yang dibutuhkan di antaranya penaikan tarif, insentif impor suku cadang pesawat, penurunan harga avtur, dan peningkatan kualitas layanan bandara. (INVESTOR DAILY).  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper