Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuartal I/2014, Kredit Konsumsi di Sulawesi Utara Melambat

Penyaluran kredit konsumsi perbankan Sulut pada tahun ini diproyeksi melambat.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, MANADO - Penyaluran kredit konsumsi perbankan Sulut pada tahun ini diproyeksi melambat.

Penurunan kredit konsumsi sudah nampak pada triwulan I/2014 hanya tumbuh 19% atau lebih rendah dari tren beberapa tahun belakangan yang selalu tumbuh di atas 20%.

Kepala Kantor Bank Indonsia Sulut Luctor E. Tapiheru mengatakan perlambatan penyaluran kredit konsumtif sudah sejalan dengan rekomendasi Bank Indonesia.

Perlambatan kredit konsumtif bertujuan mengurangi ketergantungan impor yang dapat berdampak pada neraca perdangan dan kurs rupiah.

"Kredit secara umum hanya tumbuh 15%, ini sejalan dengan arahan Bank Sentral yang mematok kredit tumbuh 15%-17%. Kredit konsumtif juga
melambat, karena kami minta perbankan untuk sedikit mengerem," ujarnya kepada Bisnis di Manado, Selasa (10/6/2014).

Data BI Sulut mencatat kredit perbankan Sulut triwulan I/2014 sebesar Rp23,02 triliun atau tumbuh 15% (YoY). Penyaluran kredit ditopang oleh
sektor konsumsi yang mencapai Rp13,96 triliun atau tumbuh 19,60% (YoY).

Kredit konsumsi memiliki pangsa 60,64% atau jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pangsa kredit modal kerja ataupun investasi yang
masing-masing sebesar 28,42% dan 10,95%.

Tapiheru menuturkan penyaluran kredit konsumsi pada semester II/2014 diproyeksi meningkat karena beberapa hari raya keagamaan seperti
Lebaran dan Natal yang mendorong kegiatan konsumsi.

Walaupun demikian, menurutnya, pertumbuhan kredit perbankan Sulut secara umum pada akhir tahun akan berada pada kisaran 15%-17%.

"Kredit Konsumsi kami minta untuk sedikit ditahan. Kami lebih mendorong perbankan untuk menyasar sektor produktif seperti UMKM dan lainnya walaupun non performing loan [NPL] sektor produktif masih perlu diperbaiki," jelasnya.

Menurutnya, NPL kredit konsumsi hanya 1,88% karena kredit konsumsi biasanya menyasar PNS yang menggunakan sistem pemotongan gaji,
sedangkan NPL sektor beberapa produktif perlu diwaspadai karena telah berada di atas 5%.

Secara terpisah, Vice President PT Bank Mandiri Tbk, Area Manado Hotman Nainggolan memproyeksikan kredit konsumsi pada tahun ini bakal
melambat. Lambatnya proses pemulihan ekonomi pasca banjir menjadi faktor utama penurunan kredit konsumsi di Sulut.

"Hal itu sudah nampak dari melambatnya daya beli masyarakat pada awal tahun ini," katanya.

Nainggolan mengatakan kredit konsumsi di Sulut beberapa tahun terakhir selalu tumbuh di atas 20%. Namun, pada tahun ini laju pertumbuhan
diperkirakan melambat.

Menurutnya, kinerja kredit konsumsi pada semester II/2014 sangat tergantung pada respon pasar terhadap hasil pilpres. Jika pasar bereaksi positif terhadap hasil pilpres maka kredit diproyeksi akan bertumbuh.

"Sebaliknya demikian jika responya negatif kredit pasti melambat. Namun, laju kredit konsumsi tahun tetap akan melambat," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Thomas Mola
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper