Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI INDIA: Target Defisit Anggaran 4,1% Tidak Realistis

Target defisit anggaran India sebesar 4,1% dinilai tidak realistis. Pasalnya, untuk menggenjot kembali prekonomian, ekonom menyarankan pemerintah India untuk meningkatkan belanja modal.
 Perdana Menteri Terpilih India, Narendra Modi / Bloomberg
Perdana Menteri Terpilih India, Narendra Modi / Bloomberg

Bisnis.com, NEW DELHI – Target defisit anggaran India sebesar 4,1% dinilai tidak realistis, sehingga untuk menggenjot kembali prekonomian, ekonom  menyarankan pemerintah India untuk meningkatkan belanja modal.

Hal tersebut disampaikan ekonom India Arvind Panagariya (61). Ia menyarankan anggaran pertama yang disusun perdana menteri terpilih, Modi,  memprioritaskan belanja modal, meski langkah ini berisiko meningkatkan defisit fiskal.

“India harus meningkatkan pengeluaran, agar dapat bangkit,” kata Panagariya di New Delhi, Minggu (25/5). Panagariya adalah ekonom India yang dinilai berpeluang besar untuk menjadi penasihat perdana menteri India.

Beragam ekspektasi muncul saat Narendra Modi terpilih sebagai Perdana Menteri India, ia diharapkan mampu menggenjot kembali gairah ekonomi negeri barata.

Saat terpilih, Modi berjanji untuk memulihkan perekonomian yang tengah melambat sejak 1980-an. Pasar keuangan India tengah menguat, di tengah harapan pada pemenuhan janji Modi.

“Defisit fiskal sebesar 4,5% merupakan hal normal pada kondisi perekonomian India yang sedang kita perbaiki ini,” jelas Panagariya.

Hari ini (26/5), Modi akan dilantik sebagai perdana menteri. Pemerintahannya akan mempublikasikan anggaran pada Juli mendatang.

Saran Panagariya untuk meningkatkan belanja ini bertentangan dengan rancangan anggaran yang tengah disusun oleh Departemen Keuangan India yang ingin pemerintahan baru menekan defisit bahkan jauh dari target, yaitu pada level 3,8% dari PDB.

Profesor ekonomi di Columbia University ini meminta pemerintah untuk tidak perlu begitu mengkhawatirkan defisit dan memaksimalkan belanja infrastruktur. Belanja modal yang dipatok sebesar 1,76% dari PDB, menurutnya, dapat ditingkatkan menjadi 2%.

Partai pendukung Modi, Bharatiya Janata Party-pun saat kampanye menyampaikan bahwa mereka akan memaksimalkan belanja infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan.

Masukan lain Panagariya pada pemerintahan Modi adalah untuk melakukan reformasi terhadap pajak dan fiskal. Ia berharap menteri keuangan baru dapat segera melakukan deregulasi hukum pajak negara dan menyudahi subsidi diesel yang memberatkan anggaran.

“Saya harap pemerintah memilah isu perpajakan yang harus dibereskan. Pemerintah dapat menghapus bagian yang tidak relevan lagi dan menyusun kembali regulasi yang prospektif,” kata bekas kepala ekonom Asian Development Bank tersebut.

Faktor penting lain yang disorot Panagariya yaitu mendorong reformasi perbankan. Menurutnya, anggaran baru perlu mendorong reformasi perbankan untuk mengatasi masalah tingginya kredit macet di bank-bank India, yang menahan aliran kredit untuk korporasi.

Pinjaman di India telah temasuk kategori buruk, dengan total US$100 miliar, atau sekitar 10% dari total pinjaman. Persoalan ini, menurut Panagariya dapat diatasi dengan mengurangi saham di bank milik pemerintah dan melakukan merger antara bank lemah dengan bank yang lebih kuat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Nurbaiti
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper