Bisnis.com, SINGAPURA—Yield obligasi Amerika Serikat hampir menyentuh level terendah selama 6 bulan terakhir versus obligasi global, sebelum minute the Fed dirilis pada Rabu (21/5).
Berdasarkan data Bloomberg Bond Trader, acuan yield obligasi Amerika Serikat 10 tahunan terkoreksi menjadi 2,52% pada pukul 12.16 p.m wakto Tokyo. Harga sekuritas 2,5% yang jatuh tempo pada Mei 2024 itu berada di angka 26/32.
Imbal hasil obligasi pada Senin (19/5) tergolong sama rendahnya dengan 2,47% pada pekan lalu, merosot dari 3,03% pada akhir 2013.
“Data ekonomi yang tercampur aduk adalah faktor utama dari penguatan itu. Imbal hasil obligasi tercatat terus menguat, sehingga kemungkinan untuk sedikit mereda semakin kuat,” kata Ali Jalai, analis Scotiabank, salah satu unit dari Bank of Nova Scotia di Singapura, Senin (19/5).
Adapun, imbal hasil obligasi Jepang terakhir diperdagangkan di posisi 0,58% sedangkan yield Australia sedikit terkoreksi menjadi 3,72%.
Sementara itu, Hiroki Shimazu, ekonom SMBC Nikko Securities Inc. Tokyo memperkirakan yield obligasi 10 tahunan akan naik menjadi 3,4% hingga Desember tahun ini.
“Data ekonomi saat ini terlalu bercampur, salah satunya akibat konflik Laut China Selatan antara China dengan Vietnam dan sengketa geopolitik di Ukraina. Saya tidak merekomendasikan pasar keuangan karena tidak mempertimbangka penguatan Amerika Serikat,” tekannya.
Konsumsi rumah tangga, pasar tenaga kerja, dan industri manufaktur mengalami perbaikan signifikan, meski penjualan ritel Amerika Serikat masih di bawah ekspektasi. Selain itu, Bloomberg News memperkirakan penjualan rumah bekas dan baru bakal meningkat pada April tahun ini.
Shimazu menambahkan pasar obligasi Amerika Serikat mendapat keuntungan dari gerakan separatis di Ukraina dan aksi pemerintah China yang berusaha mengevakuasi warganya dari Vietnam menyusul memanasnya konflik Laut China Selatan.