Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KRISIS UKRAINA: AS dan Eropa Takut Rusia Balas Dendam

Belakangan, sikap para pejabat AS dan Uni Eropa dikabarkan mulai melunak dalam menghadapi sikap keras Rusia di Ukraina terkait sanksi yang dijatuhkan kepada sejumlah tokoh dan perusahaan.nn
Ilustrasi: Pasukan yang diyakini dari Rusia saat menduduki Crimea./Reuters
Ilustrasi: Pasukan yang diyakini dari Rusia saat menduduki Crimea./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Amerika Serikat dan Eropa rupanya sedang menghitung-hitung kemungkinan tindakan balasan yang bisa dilakukan Rusia.

Belakangan, sikap para pejabat AS dan Uni Eropa dikabarkan mulai melunak dalam menghadapi sikap keras Rusia di Ukraina terkait sanksi yang dijatuhkan kepada sejumlah tokoh dan perusahaan.

Sikap itu diambil karena AS dan Eropa khawatir kalau sanksi menyeluruh di berbagai sektor diberlakukan maka hal itu akan berisiko mendapat balasan dari Rusia. Dua sektor yang dinilai sangat sensitif untuk dijatuhi sanksi adalah sektor energi dan sektor.

“Eropa tidak menginginkan sanksi yang tegas dan transparan atas sejumlah sektor,” ujar   Robert Kahn, seorang mitra senior untuk ekonomi internasional pada Dewan Hubungan Luar Negeri di Washington sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (13/5/2014).

Selama ini Rusia merupakan penyuplai gas utama ke kawasan Eropa.

OAO Gazprom (OGZD), perusahaan Rusia penyuplai gas terbesar ke Ukraina kemarin mengancam akan memutuskan suplai. Pemutusan suplai gas dari Rusia ke Ukraina akan berdampak buruk pada suplai gas ke Eropa.

Uni Eropa, Turki, Norwegia, Swiss dan negara Balkan menerima 30% gas alam dari Rusia, menurut Departemen Energi AS.

“Kami harus sangat berhati-hati untuk tidak membuat kami rugi,” ujar Menlu Polandia Radoslaw Sikorski dalam satu pertemuan di Brussels.

Sebelumnya, para pemberontak di wilayah timur Ukraina menyatakan akan bergabung dengan Rusia setelah hasil referendum menunjukkan kemenangan mereka.

Pada saat yang sama, pemerintahan di Kiev diberi tenggat waktu untuk membayar gas dari Rusia agar suplainya tidak diputus.

Terkait referendum, Republik Rakyat Donetsk mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka hari ini setelah menyatakan 90% pemilih mendukung pemisahan diri dari Ukraina.

Sejumlah kelompok separatis di Luhansk juga mengumumkan hal yang sama.

Rusia memegang peran penting dalam aksi kerusuhan yang dilakukan kelompok separatis di sejumlah wilayah Ukraina dengan tujuan untuk melepaskan diri dari negara bekas Uni Soviet tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper