Bisnis.com, BEKASI - Triwulan pertama 2014 realisasi penerimaan pajak daerah Kota Bekasi mencapai Rp.129,8 milliar. Pendapatan pajak daerah pun tumbuh 20,4% ketimbang kuartal I tahun lalu senilai Rp.107,8 milliar.
Peningkatan ini didukung dari tiga sektor besar seperti Pajak Penerangan Jalan, Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Restoran.
Persentase penerimaan pajak hingga triwulan pertama dikuasai pajak restoran yang nilainya mencapai 47%, sementara sektor penerangan jalan senilai 29% dan BPHTB mengalami penurunan hingga 17%.
Sementara itu, nominal penerimaan penerangan jalan menyumbang sekitar Rp.44 milliar, BPHTB menyumbang Rp.32,8 milliar dan pajak restoran mencapai sekitar Rp.25 milliar.
Dicky Irawan, Kepala Bidang Perencanaan dan Pengendalian Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi, mengatakan tingginya pendapatan merupakan dampak pembangunan di Kota Bekasi.
“Tumbuhnya tiga mal, yang di dalamnya ada komponen seperti restoran, reklame, hingga bertambahnya konsumsi listrik mempengaruhi pendapatan” ungkapnya pada Bisnis.com (25/4/2014).
DIa mengatakan realisasi penerimaan pajak daerah yang meningkat cukup signifikan merupakan bukti bahwa Bekasi merupakan daerah yang paling seksi di Bodetabek. “kita itu strategis, jelas itu” serunya.
Target penerimaan pajak daerah pada 2014 mencapai Rp. 811,8 milliar, dan menyumbang sekitar 70-77% pendapatan asli daerah (PAD). Tingginya PAD Kota Bekasi jika dibandingkan hanya kalah dari Kota Bandung. Sementara lima kotamadya lainnya masih dibawah Bekasi.
Dicky menambahkan aktivitas pemilu legislatif ternyata tidak mempengaruhi penerimaan pajak, tidak berkurangnya aktivitas perekonomian masyarakat membuktikan bahwa ia salah menilai.
“Sulit kalau diasumsikan, pileg kemarin yang sepertinya semua fokus kesana ternyata juga tidak mempengaruhi” ungkapnya.
Pendapatan Asli Daerah
Peralihan pajak bumi dan bangunan (PBB) dan PBHTB menjadi angin segar untuk PAD Kota Bekasi. “penerimaan pajak itu naik signifikan ketimbang sewaktu dipegang dirjen pajak” ungkapnya.
Hal itu terwujud pada realisasi PAD 2011 yang peningkatannya mencapai 90% atau senilai Rp.735 milliar. Pada dua tahun berikutnya berangsur naik, pada 2012 berkisar 29,4% dan 2013 berkisar 31,8%.
Realisasi tahun ini dan asumsi pertumbuhan tahun depan tidak lebih dari 1%. Dicky mengatakan kondisi yang sudah mulai stabil ketika pertama pada saat peralihan tidak memberikan dampak terlalu besar.