Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penguatan Euro Hambat Pemulihan Zona Euro

Kendati laju penguatan ekonomi kawasan euro mulai menunjukkan momentumnya, apresiasi euro yang cukup tinggi mengancam pemulihan ekonomi. Hal tersebut memperbesar peluang ECB untuk melakukan quantitave easing (QE).

Bisnis.com, LONDON—Kendati laju penguatan ekonomi kawasan euro mulai menunjukkan momentumnya, apresiasi euro yang cukup tinggi mengancam pemulihan ekonomi. Hal tersebut memperbesar peluang ECB untuk melakukan quantitave easing (QE).

Euro tercatat diperdagangkan 0,82 terhadap pound, 1,38 terhadap dollar, dan 1,22 terhadap franc swiss. Mata uang tunggal yang berlaku di 18 negara itu mampu menguat signifikan setelah kepercayaan bisnis Jerman meningkat pada April tahun ini.

Indeks iklim bisnis yang dirilis oleh Ifo institute naik menjadi 111,2 pada April 2014 dari 110,7 pada Maret tahun ini. Padahal, survei Bloomberg menyebutkan indeks tersebut akan mengalami penurunan menjadi 110,4.

Industri manufaktur dan jasa Jerman terakselerasi ke level tercepat sejak 2011 seiring dengan komitmen zona euro untuk kembali membangun ekonomi yang sempat tumbang selama krisis keuangan.

“Prospek ekonomi terlihat cemerlang dan kami tidak melihat adanya pergerakan yang mengindikasikan sentiment negative,” ucap Alexander Koch, ekonom Raiffeisen Schweiz di Zurich, Kamis (24/4).

Namun, Koch mengakui faktor ketidakpastian yang diakibatkan oleh konflik antara Rusia dan Ukraina dan perlambatan ekonomi di emerging markets masih menjadi risiko utama bagi pemulihan ekonomi zona euro.

Tidak hanya faktor eksternal, akselerasi euro yang tinggi beberapa waktu belakangan juga menjadi perhatian utama European Central Bank (ECB). Beberapa anggota ECB bahkan berpendapat ECB perlu untuk meredam penguatan euro karena dianggap berkontribusi terhadap rendahnya inflasi di zona euro.

“Pidato yang akan diberikan oleh Gubernur ECB Mario Draghi dan salah satu anggota ECB Knot and [Vitor] Constancio akan menyoroti komitmen ECB untuk memerangi rendahnya inflasi bakal memacu kenaikan euro lebih jauh,” kata Valentin Marinov, analis mata uang Citi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper