Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, BALIKPAPAN -- Laju inflasi Balikpapan pada April ini diprediksi cukup terkendali seiring program peningkatan produksi komoditas cabai yang harganya sempat menyentuh Rp80.000 per kilogram.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Mawardi B.H. Ritonga mengatakan produksi rumah tangga melalui program rumah pangan lestari (RPL) cukup mampu meredam gejolak harga cabai di pasaran.

Melihat tren ini, dia meyakini laju inflasi di Balikpapan akan cukup terkendali dan tidak akan sampai menyentuh angka 0,1%.

“Saya yakin inflasi bulan ini akan cukup terkendali dan berada pada kisaran cukup stabil,” ujar Mawardi kepada Bisnis, Rabu (16/4/2014).

Mawardi berpendapat dengan produksi yang dilakukan oleh masing-masing rumah tangga dalam program RPL, harga cabai di pasaran akan berangsur turun karena adanya harga pembanding yang lebih rendah.

Meskipun berjalan lambat, dia meyakini hal tersebut akan berdampak terhadap kestabilan harga di pasaran.

Berdasarkan data harga di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Kota Balikpapan, harga cabai saat ini berkisar antara Rp55.000 per kilogram hingga Rp60.000 per kilogram.

Sebelumnya, Asisten Bidang Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setdakot Balikpapan Sri Soetantinah mengatakan tidak ada komoditas yang mengalami kenaikan harga yang cukup mencolok di bulan ini kecuali cabai. Karena itu, dia meyakini laju inflasi pada April masih cukup terkendali.

“Inflasi di April kami perkirakan cukup terkendali. Kemungkinan kalaupun terjadi inflasi berada di angka 0,0x%,” tukasnya.

Harga cabai yang meningkat hingga dua kali lipat dari biasanya Rp40.000 per kilogram menjadi Rp85.000 per kilogram diakuinya bisa mengerek laju inflasi bulanan. Namun, Tantin berpendapat satu komoditas tersebut tidak akan mengerek inflasi secara drastis di kota itu.

Pada Maret, Balikpapan mencatatkan deflasi sebesar 0,1% sehingga menyebabkan laju inflasi secara tahunan mencapai 7,32% atau sama dengan laju inflasi nasional. Tantin menyebutkan prestasi ini merupakan yang kedua kalinya bisa diraih karena biasanya inflasi di Balikpapan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan nasional.

“Ini yang harus kita pertahankan karena inflasi yang tinggi akan menggerus daya beli masyarakat,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan (DPKP) Kota Balikpapan M. Yusuf L. mengakui harga cabai tidak bisa langsung turun drastis dengan keberadaan rumah pangan lestari tersebut. Namun, dengan mempertahankan budaya menanam kenaikan harga yang terjadi tidak terus terjadi.

“Memang ada petani yang ikut menjual mendekati harga pasar. Tetapi setidaknya, permintaan tidak terlalu melonjak di pasaran sehingga kenaikan tidak terus terjadi,” tuturnya.

Dia menambahkan program pemberdayaan rumah tangga ini sudah menyeluruh dilakukan di kelurahan yang ada di Balikpapan.

Dia berharap, perluasan program ini dapat menyentuh semua kalangan yang memiliki halaman untuk bercocok tanam sehingga bisa memenuhi sebagian kebutuhan sayur mayurnya dari pekarangannya sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper