Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KONFLIK UKRAINA: Rusia Pangkas Kepemilikan Obligasi AS

Kepemilikan obligasi Amerika Serikat terhadap Rusia pada Februari tahun ini merosot ke level terendah sejak 2011 menyusul meningkatnya tensi politik di Ukraina dan melemahnya ruble.

Bisnis.com, NEW YORK - Kepemilikan obligasi Amerika Serikat terhadap Rusia pada Februari tahun ini merosot ke level terendah sejak 2011 menyusul meningkatnya tensi politik di Ukraina dan melemahnya ruble.

Departemen Keuangan Amerika Serikat mencatat kepemilikan obligasi Rusia menurun selama 4 bulan berturut turut menjadi US$126,2 miliar dari US$131,8 miliar pada Januari 2014.

Rusia kemungkinan bakal menjual obligasi lebih lanjut sebagai upaya untuk meredam depresiasi ruble. Mata uang Rusia tersebut melemah 2% terhadap dollar pada Februari tahun ini, mencetak kerugian terbesar di antara 24 mata uang emerging markets lainnya yang disurvei Bloomberg. 

“Rusia perlahan-lahan mulai mengurangi kepemilikan obligasi Amerika Serikat. Ketika anda ingin mempertahankan nilai mata uang, maka kamu harus melakukan itu [menjual obligasi],” kata Gennadiy Goldberg, analis sekuritas Amerika Serikat TD Securities USA LLC di New York, Rabu (16/4).

Data the Fed, bank sentral Amerika Serikat menyebutkan kepemilikan obligasi oleh investor asing atas obligasi negeri Paman Sam ini anjlok US$104 miliar menjadi US$2,86 triliun. Kepemilikan obligasi AS oleh Rusia juga semakin menyusut seiring dengan krisis Ukraina dan sanksi AS ke Rusia.

Sanksi Amerika Serikat ke Rusia kemungkinan akan memukul ekonomi negeri Beruang Merah ini antara lain sektor keuangan, energi, dan logam.

Sejumlah ekonom, termasuk Sebastian Galy, analis mata uang Societe Generale SA di New York mengatakan Rusia akan mengubah arus kepemilikan obligasi dari Amerika Serikat ke Inggris.

Senada dengan Galy, Mark MacQueen, analis Sage Advisory Services Ltd. di Texas mengungkapkan pemerintah Rusia menyadari kondisi hubungannya dengan Amerika Serikat, sehingga langkah tersebut merupakan salah satu responnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper