Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur China dan Eropa Melunak, AS Merajai

Manufaktur di Asia dan Eropa menunjukkan performa mengecewakan pada kuartal I/2014. Sebaliknya, aktifitas manufaktur AS melaju stabil, mengindikasikan cuaca buruk yang melanda Amerika Utara tidak memberikan efek signifikan terhadap perusahaan AS.
Data ekonomi sejalan dengan keadaan yang ada, tetapi angka pertumbuhan masih melaju di kisaran 2%-2,5% /bisnis.com
Data ekonomi sejalan dengan keadaan yang ada, tetapi angka pertumbuhan masih melaju di kisaran 2%-2,5% /bisnis.com

Bisnis.com, NEW YORK—Manufaktur di Asia dan Eropa menunjukkan performa mengecewakan pada kuartal I/2014. Sebaliknya, aktifitas manufaktur Amerika Serikat (AS) melaju stabil, mengindikasikan cuaca buruk yang melanda Amerika Utara tidak memberikan efek signifikan terhadap perusahaan AS.

Perusahaan di kawasan Eropa juga menunjukkan sedikit perbaikan pada Maret 2014 sedangkan manufaktur China justru mengalami kontraksi selama 3 bulan berturut-turut.

Kinerja manufaktur AS terlihat kontras dengan negara lainnya di dunia yang memaksa otoritas pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan pengucuran stimulus guna menggenjot pertumbuhan.

“Perlambatan ekonomi AS pada awal bulan tahun ini akan semakin memudar dan kita akan melihat pertumbuhan yang lebih positif. AS tengah kembali ke posisi awalnya, pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan,” kata Joshua Shapiro, Ketua Ekonom Maria Fiorini Ramirez Inc. di New York, Rabu (2/4/2014).

Sejumlah ekonom memang optimis terhadap prospek ekonomi AS, tetapi bukan berarti ekonomi negeri Adi Kuasa ini bebas dari tantangan.

Richard Franulovich, analis mata uang Westpac Banking Corp di New York menjelaskan data ekonomi sejalan dengan keadaan yang ada, tetapi angka pertumbuhan masih melaju di kisaran 2%-2,5%.

Meskipun kinerja ekonomi AS mengesankan, ungkap Franulovich, data-data ekonomi itu tidak seperti yang diinginkan oleh the Fed.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper