Bisnis.com, BEIJING -- HSBC Holdings dan Markit Economics menyatakan indeks manajer pembelian (PMI) China pada Maret jatuh menjadi 48 dari 48,5 pada Februari. Hal ini mendorong pemerintah untuk mengeluarkan langkah-langkah kebijakan tambahan.
Laporan ini menggarisbawahi apa yang disebut Perdana Menteri Li Keqiang sebagai kesulitan dan risiko ketika pemerintah sedang mencoba mengendalikan lonjakan utang, bahaya default dan polusi udara yang memicu ketidakpuasan publik.
“Kami berharap Beijing akan lebih awal menyempurnakan kebijakan daripada kemudian hari berusaha menstabilkan pertumbuhan,” kata Qu Hongbin, Kepala Ekonom HSBC di Hong Kong, Selasa (1/4/2014).
Menurut Qu, laju pertumbuhan kuartal pertama 2014 kemungkinan akan jatuh di bawah target tahunan pemerintah sebesar 7,5%.
Sebelumnya, setelah kabinet mengatakan akan mempercepat belanja konstruksi, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan bahwa negara memiliki cadangan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, sebuah PMI terpisah dari pemerintah dengan ukuran sampel yang lebih besar menunjukkan hasil yang berbanding terbalik dengan capaian 50,3 pada Maret, naik dari 50,2 pada bulan sebelumnya.
Sebelumnya Li mengatakan pertumbuhan ekonomi China berada dalam kisaran yang wajar.
“Bangsa ini secara bertahap akan memperkenalkan langkah-langkah yang kuat, termasuk percepatan pembangunan proyek-proyek investasi utama, membangun rel kereta api, jalan dan infrastruktur irigasi,” kata Li.
Pendapat analis terbagi pada kemungkinan bank sentral akan menurunkan persyaratan rasio giro wajib minimum untuk pertama kalinya sejak Mei 2012.
Hu Yifan, Kepala Ekonom Haitong Internasional Securities Group Ltd. di Hong Kong mengatakan pemerintah akan melakukan hal itu untuk membantu ekonomi.
PMI atau purchasing manager's index didasarkan dari jawaban manajer pembelian perusahaan yang disurvei.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
