Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Politik Berlanjut, Investasi Thailand Terancam

Pemerintah Thailand mulai mendata kerugian ekonomi akibat kebuntuan politik selama 5 bulan mulai, salah satunya investasi asing. Pasalnya, krisis politik negeri Gajah Putih ini mengakibatkan sejumlah proyek investasi tertunda.

Bisnis.com, BANGKOK—Pemerintah Thailand mulai mendata kerugian ekonomi akibat kebuntuan politik selama 5 bulan mulai, salah satunya investasi asing. Pasalnya, krisis politik negeri Gajah Putih ini mengakibatkan sejumlah proyek investasi tertunda.

“Kami mulai melihat efek dari krisis politik di Thailand. Investor terlihat menunda investasinya dan menunggu hingga kondisi membaik,” kata Udom Wongviwatchai, Sekretaris Jenderal Dewan Investasi di Bangkok, Senin (31/3/2014).

Parlemen Thailand tidak berfungsi sejak awal Desember tahun lalu, ketika Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mengusulkan penyelenggaraan pemilihan umum untuk menenangkan demonstran.

Namun, pemilihan umum yang sedianya digelar pada Februari 2014 digagalkan oleh pengunjuk rasa dan kemudian dibatalkan oleh pengadilan. Akibatnya, pemerintah sementara hanya memiliki kekuasaan terbatas dan membuat investor semakin bertanya-tanya mengenai stabilitas ekonomi negeri tersebut.

“Tanpa pemerintah yang berfungsi penuh, kepercayaan akan rendah. Investasi swasta akan terhambat seiring dengan kekosongan politik. Tertundanya proyek investasi akibat terlambatnya persetujuan Dewan Investasi juga akan memicu kekhawatiran,” ungkap Thanomsri Fongarunrung, ekonom Phatra Securities.

Menurutnya, penundaan proyek yang lama akan mempengaruhi rencana produksi. Akibatnya, investor birisiko mengalihkan usahanya ke negara tetangga lainnya.

Udom mengungkapkan aplikasi terkait insentif investasi anjlok 58% menjadi 63,1 miliar baht (US$1,94 juta) selama 2 bulan pertama tahun ini. Tidak hanya itu, dirinya berpendapat Dewan Investasi yang baru harus mendapatkan persetujuan oleh pemerintah sebelum proyek investasi disetujui.

“Kami masih menunggu tanggapan resmi dari Kantor Dewan Negara. Sejauh ini, sinyalnya masih menunjukkan pertanda positif,” tambahnya.

Sementara itu, baht menguat untuk pertama kalinya selama kuartal I/2014 menyusul semakin meredanya tekanan politik dan keyakinan bahwa surplus neraca transaksi berjalan akan melebar.

Baht, mata uang Thailand terakselerasi 1,1% kuartal awal tahun ini dan 0,4% pada Maret 2014 menjadi 32,430 terhadap dollar. Baht juga menguat 0,2 % pada Senin (31/3/2014) dan sempat menyentuh level tertinggi selama 1 pekan yaitu 32,41.

“Kita telah melihat perbaikan baht di tengah pulihnya situasi politik,” ujar Tsutomu Soma, Manajer Pendapatan Tetap Rakuten Securities Inc. Tokyo.

Menurunnya impor, tuturnya, berkontribusi positif terhadap surplusnya neraca transaksi berjalan dan sekaligus menandakan berkurangnya permintaan dolar AS.    

Meskipun begitu, baht berpotensi kembali melemah jika kebuntuan politik di Thailand tidak segera mereda dan mampu mencederai prospek ekonomi.

Kementerian Keuangan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 2,6% dari estimasi sebelumnya yaitu 3,1%. Pemerintah juga mengemukakan kegagalan dalam membentuk pemerintah baru akan menunda persetujuan anggaran hingga kuartal II/2015.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor :
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper