Bisnis.com, WASHINGTON --Tindakan eksesif Rusia di Crimea, paling akhir ditandai dengan pendudukan atas pangkalan militer Ukraina di wilayah itu, mencapat kecaman NATO.
Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengeluarkan pernyataan keras dan memperingatkan Rusia untuk tidak "mengekspor ketidakstabilan" serta mengubah peta Eropa dalam apa yang dia sebut sebagai pemaksaan dan pencaplokan Crimea.
Selama pidato di kelompok think-tank Brookings di Washington, Rabu (19/3/2014), Rasmussen menyebut tindakan Moskow "sebagai seruan bangun bagi masyarakat Eropa-Atlantik, untuk NATO, dan untuk semua orang berkomitmen bagi seluruh Eropa, bebas dan damai."
"Agresi militer Rusia di Ukraina adalah pelanggaran terang-terangan terhadap komitmen internasional dan merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan serta integritas teritorial Ukraina," tegasnya.
"Pencaplokan Crimea melalui referendum yang disebut diadakan di bawah todongan senjata adalah ilegal dan tidak sah. Dan itu merusak semua upaya untuk menemukan solusi politik damai," kata Rasmussen.
Membandingkan peristiwa-peristiwa dalam beberapa pekan terakhir dengan campur tangan di Balkan Barat pada 1990-an, dan kemudian Georgia pada tahun 2008, Rasmussen mengatakan aneksasi Crimea adalah "ancaman terbesar terhadap keamanan dan stabilitas Eropa sejak akhir perang dingin" karena besarnya skala pasukan, 45 juta warga Ukraina dipertaruhkan, dan bahwa itu semua terjadi "tepat di perbatasan NATO."
"Krisis ini bukan hanya tentang Ukraina," lanjut Rasmussen.
"Kami melihat apa yang bisa disebut revisionisme abad ke-21" ujar Rasmussen.
"Ada upaya untuk memutar kembali waktu, untuk menggambar garis pemisah baru pada peta, untuk memonopoli pasar, populasi acak, menulis ulang atau hanya merobek buku peraturan internasional, dan untuk menggunakan kekuatan untuk memecahkan masalah daripada mekanisme internasional yang kita telah menghabiskan puluhan tahun untuk membangunnya."
"Pada akhirnya itu merusak keamanan kami," tekan Rasmussen, dan menambahkan: "Jika aturan tidak berlaku, jika kesepakatan tidak dihormati, pastilah Rusia juga bersikap untuk mendapatkan konsekuensi."
Rasmussen meminta Rusia untuk "menghormati komitmen internasional, hentikan semua kegiatan militer terhadap Ukraina dan mencari solusi politik damai - melalui dialog langsung dengan pemerintah Ukraina."
"Posisi yang jelas NATO telah mengutuk aksi militer Rusia di Ukraina," lanjutnya. "Untuk bersikap tegas dalam mendukung pemerintah di Kiev. Dan membuat jelas bahwa keputusan Presiden Putin untuk meningkatkan situasi memiliki konsekuensi," tutup Rasmussen.