Bisnis.com, BRUSSELS – Keraguan kini muncul di kalangan diplomat Eropa atas sanksi yang diberikan negara-negara di kawasan itu kepada Rusia.
Kalangan diplomat meragukan sanksi yang ditimpakan Uni Eropa kepada 21 pejabat Rusia dan Crimea bisa menggoyahkan aksi Rusia menganeksasi Crimea.
Di saat Presiden Rusian Vladimir Putin merayakan kemenangannya atas pendudukan di Crimea, pada pemimpin Uni Eropa melakukan pertemuan penting pada Kamis (20/3/2014) untuk menentukan merespons munculnya keraguan atas keandalan sanksi mereka dalam menekan Moskow.
Para menteri luar negeri Uni Eropa telah menyetujui pelarangan perjalanan terhadap 21 pejabat Rusia dan Crimea serta membekukan aset mereka. Tapi, sanksi tersebut dinilai tidak berarti untuk bisa memberikan efek kepada para pejabat Rusia.
Kamis pagi ini para pemimpin Uni Eropa dijadwalkan melakukan diskusi lanjutan terkait daftar nama yang harus dilarang melakukan perjalanan dan dibekukan asetnya. Bukan tidak mungkin termasuk kalangan politisi dan militer orang dekatnya Putin.
Langkah itu diperkirakan akan memiliki arti lain, namun masih jauh dari sanksi finansial, bisnis dan perdagangan yang diyakini kalangan diplomat dan analis akan mampu membuat Putin berpikir dua kali dan berhenti melibatkan diri di Ukraina.
“Untuk tetap dipandang, kita harus mengirim apa yang kita janjikan,” ujar seorang dutabesar Uni Eropa, Rabu (19/3), merujuk pada pernyataan 6 Maret saat Uni Eropa menyatakan akan menimbang untuk menerapkan sanksi finansial jika ada “satu langkah pun dari Federasi Rusia untuk menciptakan keguncangan di Ukraina.”
Saat para pemimpin Uni Eropa mengeluarkan pernyataan itu dua pekan lalu, masih belum jelas apakah pengiriman pasukan Rusia ke Crimea atas perintah Putin dan belum terkuak rencana dari Putin untuk menduduki semenanjung tersebut.
Belakangan, Putin tak hanya menduduki wilayah itu, bahkan referendum di sana menghasil 97 persen warga Crimea memilih untuk lepas dari Ukraina, dan Putin secara resmi memasukkan Crimea bersama 2 juta penduduknya ke dalam Rusia.