Bisnis.com, LONDON— New York menggantikan London sebagai pusat keuangan dunia untuk pertama kalinya menyusul serangkaian skandal keuangan yang menerpa London.
Berdasarkan indeks Global Financial Centres terbaru, New York meraih peringkat teratas sebagai kota keuangan dunia dengan predikat “shaky, statistically insignificant”, memimpin dua poin dari London.
“Indeks juga menunjukkan Hongkong dan Singapura, dua pusat keuangan di Asia, mempersempit kesenjangan antara kedua negara itu,”kata Michael Mainelli, Ketua Z/Yen Group Ltd., organisasi yang mengompilasi indeks tersebut.
Skandal keuangan London antara lain penyalahgunaan data nasabah untuk menjual asuransi, manipulasi acuan finansial dan kerugian perdagangan telah merusak reputasi London sebagai pusat keuangan dunia.
New York sendiri merupakan pesaing utama London.
Kota yang terletak di Amerika Serikat itu mampu menggungguli London dengan melesat ke 7 poin sedangkan London mengalami kemerosotan hingga 10 poin.
“Skandal keuangan di London telah merusak reputasi London. Jika ingin mendapatkan reputasinya kembali, maka London harus memperlakukan setiap orang secara adil dan berkompetisi secara sehat,” ungkap Mainelli di London, pengujung pekan ini.
Menurutnya, tanpa ekonomi domestik yang besar seperti New York dan Hongkong, London harus meniru langkah Singapura atau mendapat dukungan dari ekonomi domestik Uni Eropa.
Indeks tersebut selalu diperbarui setiap 6 bulan sekali dan saat ini telah menginjak edisi ke-15.
Selain itu, indeks juga mengacu kepada beberapa faktor eksternal meliputi peringkat terhadap area yang spesifik misalnya telekomunikasi.
Tidak hanya itu, indeks yang terbit pertama kalinya pada 2007, memperhitungkan lingkungan bisnis, keuangan, infrastruktur, sumber daya manusia, dan reputasi.
Z/Yen Group Ltd. memaparkan, survei melibatkan responden lebih dari 3.000 profesional di bidang keuangan dengan 25.441 penilaian di berbagai sektor selama 24 bulan hingga Desember tahun lalu.
Sebelumnya, otoritas Inggris berkomitmen untuk terus membangun sektor perbankan yang mampu menggenjot perekonomian dan mendukung konsumen serta pebisnis.
“Ini merupakan upaya nyata untuk menciptakan kerangka kerja sebagai bagian dari promosi industri keuangan yang bertanggungjawab dan berkelanjutan, termasuk menangani isu persaingan dan risiko di perbankan,” ujar Kementerian Keuangan Inggris dalam rilisnya.