Bisnis.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menganggarkan Rp300 miliar untuk menangani bencana asap pada tahun ini.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan puncak pembakaran lahan dan hutan di Sumatera akan terjadi pada Juli hingga Oktober dan Kalimantan pada Agustus hingga Oktober.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lanjutnya, musim kemarau akan mulai pada April, Mei dan Juni.
"Musim kemarau sekarang akan lebih kering dibandingkan tahun lalu. Musim kemarau ini akan menyebabkan bencana asap akibat pembakaran lahan," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (27/2/2014).
Pada hari ini, lanjutnya, pantauan satelit NOAA18 menunjukkan terdapat titik api di Aceh 17, Kaltim 12, Kalbar 10, Sumut dan Kaltara 4, sedangkan di Riau tidak terlihat adanya titik api.
"Asap yang ada di wilayah Malaysia dan Singapura bukan berasal Indonesia karena arah angin dominan dari utara hingga timur laut ke arah selatan dan barat daya. Asap tersebut berasal dari titik api di wilayah Malaysia" tuturnya.
Dia menjelaskan pemadaman kebakaran hutan pada tahun ini akan dilakukan 3 operasi, yaitu operasi darat, operasi udara, dan operasi penegakan hukum dan sosialisasi.
Untuk operasi di darat, BNPB telah meminta dukungan TNI-AD sebanyak 2 batalyon dan 1.755 personil Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api. Water bombing dan modifikasi cuaca [hujan buatan] akan dilakukan pada operasi udara.
Kepala BNPB Syamsul Maarif menuturkan penyebab terjadinya bencana asap adalah pembakaran hutan. Untuk mengatasi pembakaran hutan harus ada penegakkan hukum yang tegas agar tidak terus berulang.
"Pertanian dengan cara membakar ada di Sumatera dan Kalimantan tetapi yang penting terkontrol. Jika daerahnya gambut seperti di Riau yang ketebalannya hingga 10 meter akan sulit untuk memadamkan," katanya
Seperti diketahui, Polri telah menetapkan pelaku pembakaran hutan sebanyak 23 tersangka di Riau dan 16 tersangka di Kalimantan Tengah pada 2013.