Bisnis.com, JAKARTA--China, kreditur luar negeri terbesar AS, mengurangi jumlah kepemilikan atas obligasi AS selama Desember ke level terendah dalam dua tahun setelah bank sentral AS mengumumkan pengetatan belanja obligasi.
Negara tersebut menurunkan posisi kepemilikannya atas obligasi AS sebesar US$47,8 miliar atau 3,6% menjadi US$1,27 triliun atau pengurangan terbesar sejak Desember 2011, menurut data Departemen Keuangan AS sebagaimana dikutip Bloomberg, Rabu (19/2/2014).
Pada waktu bersamaan para investor internasional meningkatkan kepemilikannya sebesar 1,4% atau US$78 miliar selama Desember sehingga mendorong kepemilikan oleh asing ke angka US$5,79 triliun.
Imbal hasil atas obligasi acuan bertenor 10 tahun naik 3% selama Desember atau yang tertinggi sejak Juli 2011 setelah para pejabat bank sentral AS mengumumkan akan terus memperketat stimulus moneter.
“Langkah China melepas obligasi menunjukkan sejumlah bank sentral semakin takut mengambil risiko akibat bank sentral AS terus memperketat stimulus moneter,” ujar Aaron Kohli, interest-rate strategist pada BNP Paribas SA.
Menurutnya, jika China terus melepas obligasi dalam satu atau dua bulan maka sejumlah bank sentral lainnya akan terpengaruh.