Bisnis.com, SYDNEY - Mata uang Jepang menyentuh level tertinggi dalam 2 bulan terhadap dolar Amerika Serikat dan euro sebelum laporan swasta AS diperkirakan menunjukkan perlambatan dalam penciptaan lapangan kerja sehingga meningkatkan permintaan atas aset yang lebih aman.
Aksi jual mata uang pasar negara berkembang yang dipercepat setelah data Institute for Supply Management mengisyaratkan perlambatan manufaktur AS, meningkatkan permintaan aset aman termasuk mata uang dan obligasi Jepang.
Indeks pasar saham Jepang atau Nikkei 225 Stock Average jatuh paling dalam selama 8 bulan. Sementara itu dolar Australia justru melonjak setelah bank sentral memberikan referensi bahwa nilai mata uang terlalu tinggi.
“Nikkei telah benar-benar berjuang untuk menjaga keunggulan di atas permukaan dan hal itu pasti membebani dolar atas yen,” kata Sue Trinh, Senior Ahli Strategi Mata Uang Royal Bank of Canada di Hong Kong pada Selasa (4/2).
Yen sedikit berubah pada 100,97 per dolar pada Selasa (4/2) waktu London, setelah menyentuh 100,76, yang merupakan terkuat sejak 21 November. Mata uang Jepang diperdagangkan pada 136,63 per euro setelah naik tinggi hingga 136,23, level yang tidak terlihat sejak 22 November. Sementara itu Dolar berada di US$1,3531 per euro, setelah jatuh 0,3% pada Senin (3/2) menjadi US$1,3525.
Indeks Nikkei 225 turun 4,2%, penurunan terbesar sejak 13 Juni atas dasar penutupan. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS jatuh tempo 10-tahun tercatat mencapai 2,57% pada Senin (3/2), merupakan yang terendah sejak 1 November.