Bisnis.com, JAKARTA— Obligasi Amerika Serikat menguat untuk hari kedua, mendorong imbal hasil jatuh tempo 10-tahun ke level terendah dalam delapan pekan, akibat merosotnya pasar negara berkembang sehingga diminta untuk melindungi aset.
Catatan benchmark ini yang ditetapkan sebagai kenaikan mingguan keempat terpanjang sejak April. Obligasi pemerintah AS naik setelah indeks manufaktur China menunjukkan kontraksi, peso Argentina anjlok terbesar sejak 2002 dan lira Turki tercatat jatuh.
Bank sentral AS the Federal Reserve dijadwalkan melakukan pertemuan pekan depan, sementara Departemen Keuangan akan menawarkan floating-rate obligasi jatuh tempo 2-tahun dalam penjualan perdananya. Suku bunga jangka pendek naik, dengan tingkat 4-minggu mencapai terbesar sejak 29 November.
“Pasar berhati-hati, karena takut terhadap pasar negara berkembang dan aksi jual ekuitas yang membawa penawaran bagus ke pasar,” ujar Jason Rogan, Direktur Perdagangan Pemerintah AS di Guggenheim Securities LLC, di New York, Sabtu (25/1/2014) seperti dikutip Bloomberg.
Imbal hasil obligasi AS jatuh tempo 10-tahun turun enam basis poin atau 0,06% menjadi 2,72% pada Sabtu (25/1/2014) waktu New York, kemudian meluncur lagi ke 2,70%, terendah sejak 26 November, menurut harga Bloomberg Bond Trader.