Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Thailand Pertahankan Suku Bunga

Thailand secara tak terduga mempertahankan suku bunga acuan, bahkan saat ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi, setelah Perdana Menteri Yingluck Shinawatra pada Selasa (21/1) mengumumkan keadaan darurat di Bangkok, Thailand.nn
Perdana Menteri Thailnad Yingluck Shinawatra/Bloomberg
Perdana Menteri Thailnad Yingluck Shinawatra/Bloomberg

Bisnis.com, BANGKOK—Thailand secara tak terduga mempertahankan suku bunga acuan, bahkan saat ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi, setelah Perdana Menteri Yingluck Shinawatra pada Selasa (21/1/2014) mengumumkan keadaan darurat di Bangkok, Thailand.

Menurut Bank sentral Thailand, tarif 1-hari repo obligasi tetap pada 2,25%, dengan perbandingan suara anggota komite kebijakan moneter yang mendukung keputusan ini adalah 4:3. Keputusan ini sesuai dengan prediksi tujuh dari 21 ekonom yang di surveiBloomberg, sementara yang lainnya meperkirakan suku bunga akan dipotong sebesar 0,25%.

Keputusan keadaan darurat akan diberlakukan selama 60 hari sejak Rabu (22/1/2014), setelah peningkatan serangan demonstran anti-pemerintah mengancam gagalnya pemilihan umum yang dijadwalkan pada 2 Februari mendatang.

Pekan lalu Menteri Keuangan Kittiratt Na-Ranong mengatakan, kekacauan telah merugikan ekonomi dan mata uang. Dan Moody’s Investors Service mengatakan bahwa aksi protes berkepanjangan adalah penghargaan negatif dan membebani prospek pertumbuhan yang sudah rapuh tahun ini.

“Mereka mungkin telah menunggu untuk melihat efektivitas terhadap ekonomi atas pemotongan suku bunga sebelumnya dan tetap menjaga senjata mereka yakni suku bunga yang sangat rendah,” ujar Pipat Luengnaruemitchai, Asisten Direktur Phata Securities Pcl di Bangkok, Rabu (22/1/2014).

Menurutnya, terdapat kemungkinan besar bank sentral tetap harus menurunkan suku bunga jika ketidak pastian politik tetap berlanjut.

Benchmark SET Index, bursa saham Thailand, memperpanjang penurunan sebesar 0,4% setelah keputusan ini. Baht melemah 0,1% menjadi 32,87 terhadap dolar pada Rabu (22/1), melemah lebih dari 5% sejak demonstrasi dimulai pada 31 Oktober.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper