Bisnis.com, JAKARTA- Partai Golkar tidak akan menggunakan artis dalam kampanye partai pada Pemilu 2014 karena dinilai tidak efektif meningkatkan perolehan suara.
Ketua DPP Partai Golkar Indra Piliang mengatakan pihaknya tengah mengkaji dan mengimbau seluruh kader partai agar lebih cerdas berkampanye untuk menarik massa.
“Ke depan kami tidak akan menggunakan artis atau band saat kampanye, lebih baik kami gunakan dana untuk yang lebih bermanfaat,” paparnya kepada Bisnis, Senin (6/1/2013).
Tujuan partai politik memboyong artis dan band tentunya untuk menarik perhatian masyarakat. Sebagai contoh, Irianto MS Syafiuddin berpasangan dengan Tatang Rahanul Hakim yang diusung Partai Golkar gagal menjadi Gubernur Jawa Barat pada 2013. Padahal, dalam setiap kampanye, pria yang akrab disapa Kang Yance itu menghadirkan artis Hello Band dan Agung Hercules.
Calon lain, pasangan Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki dari PDI P pun gagal meraih simpati massa. Kendati sudah merapat kepada artis lokal Sunda Doel Sumbang dan Nining Meida.
Baik Yance maupun Rieke, keduanya tumbang oleh pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar. Bisa dilihat hasil perolehan suara Pilgub Jabar 2014, pasangan Yance-Tatang 12,17%, Rieke-Teten 28,41% sementara Heryawan-Deddy 32,39%.
Indra mungkin tahu betul hasil sejumlah survei yang menilai cara menggaet massa melalui artis dan penyanyi tidak efektif. Masyarakat, lanjutnya, lebih ingin melihat calon atau pihak partai berbuat lebih kongkret.
Rakyat ingin calon yang diusung partai bertatap muka dan menyapaikan program yang bermanfaat secara langsung. “Kalau kampanye monolog itu kurang perhatian dan mubazir. Biayanya pun bisa membengkak. Keamanan tidak terjamin.”
Menurutnya, paradigma kampanye partai harus mulai diubah dengan cara elegan dan menyedot simpatik massa. Penyampaian visi misi harus bisa tersampaikan tepat sasaran sesuai yang dituju.
Dia melihat keberhasilan beberapa sosok dengan terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat. Jika memang beberapa kader partainya banyak yang melibatkan artis dan penyanyi dalam kampanye, kata Indra, itu merupakan wewenang pengurus wilayah partai masing-masing.
Indra sendiri tidak tahu menahu soal teknis kampanye partai yang melibatkan artis. Biasanya, kata Indra, ada deal tertentu baik artis yang menyodorkan diri atau pun melalui konsultan politik.
Secara tegas, sebagai pimpinan partai, Indra akan membatasi penggunaan artis dalam kampanye partai mendatang. “Bukan berarti kami melarang keras kader untuk menyewa artis segala macam, silakan saja, tetapi kami tetap akan mewaspadai,” ujarnya.
Dia memberi contoh keterlibatan pelawak Sule saat menjadi ikon kampanye salah satu partai cukup sukses membawa partai dan sosoknya dikenal publik. Bahkan dia lebih menganjurkan kampanye melalui media yang bisa dikenal langsung oleh masyarakat seperti pembuatan kaos dan iklan di media lainnya.
“Untuk saat ini pihak DPP Partai Golkar merasa berat untuk mendatangkan artis. Sederhana saja, ini masalah efektifitas,” paparnya.