Bisnis.com, BALIKPAPAN - Penurunan harga komoditas bahan makanan utamanya jenis ikan segar memicu deflasi 0,34% sepanjang November sehingga menyebabkan laju inflasi tahun kalender dan tahunan di Balikpapan secara berurutan menjadi 7,16% dan 8,18%.
Kepala Seksi Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan Umar Riyadi mengatakan andil kelompok bahan makanan yang mencapai -0,53% masih mendominasi arah inflasi. Komoditas ikan segar seperti ikan bandeng, tongkol dan kembung menjadi salah satu penyebab terjadinya deflasi selain beberapa bahan makanan lain a.l. daging ayam ras, telur, dan cabai rawit.
“[Deflasi] ini sesuai prediksi dan harapan kami. Dengan demikian, laju inflasi akhir tahun di Balikpapan tidak akan sampai dua digit meskipun ada kenaikan BBM Bersubsidi pertengahan tahun kemarin,” ujarnya kepada wartawan, Senin (2/12/2013).
Umar menambahkan hanya kelompok pengeluaran bahan makanan saja yang mengalami deflasi pada November. Adapun sisanya, kecuali kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, mengalami inflasi sepanjang November.
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan andil inflasi terbesar yakni sebesar 0,13%, disusul kelompok kesehatan sebesar 0,035%, kelompok sandang sebesar 0,012% serta kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang memberikan andil sebesar 0,0068%. Adapun, kelompok makanan jadi hanya memberikan andil sebesar 0,0061%.
“Hanya kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang tidak mengalami perubahan harga sepanjang November,” katanya.
Dibandingkan dengan tahun lalu, Umar mengakui angka inflasi tahun ini lebih tinggi. Namun, hal ini wajar karena ada faktor kenaikan harga BBM Bersubsidi yang mengerek harga hampir seluruh komoditas sehingga menyebabkan inflasi.
Umar mengaku agak terkejut dengan penurunan harga telur ayam ras karena berdasarkan historis data, komoditas ini selalu mengalami inflasi menjelang akhir tahun. Kurangnya produksi dari produsen dan meningkatnya permintaan menjadikan harga telur ayam naik. “Tetapi justru pada November terjadi penurunan harga yang menyebabkan deflasi.”
INFLASI TINGGI
Jelang akhir tahun, Umar menyebutkan beberapa komoditas yang perlu dicermati agar tidak mengerek inflasi lebih tinggi. Dia berpendapat komoditas tersebut merupakan kebutuhan yang sering dicari untuk perayaan Natal dan Tahun Baru seperti daging ayam ras, telur, ikan, daging dan jagung manis.
“Karena ketika permintaan melonjak, ada kemungkinan harga akan naik sehingga berpotensi mengerek inflasi,” tukasnya.
Dia berharap beberapa petani yang menanam jagung pada September bisa menambah suplai jagung manis di pasaran sehingga harganya terkendali. Dia berharap pemerintah daerah memperhatikan kelancaran pasokan dan kemungkinan untuk memproduksi secara mandiri pada bahan makanan yang mungkin bisa ditanam di Balikpapan.
Ketua Kadin Balikpapan Rendi Susiswo Ismail berpendapat laju inflasi yang cukup terkendali ini sebaiknya bisa terus dipertahankan agar kondisi ekonomi regional juga ikut terpengaruh ke arah positif. Tingkat inflasi yang terlalu tinggi dikhawatirkan akan menggerus daya beli masyarakat sehingga pelaku usaha kesulitan untuk memasarkan produknya.
Apabila dibandingkan dengan dua kota lain di Kalimantan Timur yang rutin dipantau laju inflasinya yakni Samarinda dan Tarakan, Balikpapan mampu mengendalikan inflasinya lebih baik. Samarinda tercatat laju inflasi kalender dan inflasi tahunannya secara berurutan sebesar 10,10% dan 10,56%. Sementara, Tarakan laju inflasi kalender dan inflasi tahunannya secara berurutan sebesar 9,66% dan 10,92%.